Thursday, November 25, 2004

Kita dan Ideologi


Pendahuluan
Ideologi (inggris);berasal dari bahasa Yunani ide (idea/gagasan) dan logos (studi tentang,ilmu pengetahuan tentang).
Secara harfiah,sebagaimana dalam metafisika klasik,ideologi merupakan ilmu pengetahuan tentang ide-ide,studi tentang asal-usul ide. Dalam pengertian modern,ideologi mempunyai arti negatif sebagai teorisasi atau spekulasi dogmatik dan khayalan kosong yang tidak betul atau tidak realistis;atau bahkan palsu dan menutup-nutupi realitas yang sesungguhnya. Dalam pengertian yang lebih netral,ideologi adalah setiap sistem gagasan yang mempelajari keyakinan-keyakinan dan hal-hal ideal filosofis,ekonomis,politis,sosial.


Pertarungan antar Ideologi
Keyakinan-keyakinan yang ideal dalam masyarakat dunia,sampai saat ini tidak membawa hasil yang memuaskan. Ia yang awalnya,diharapkan membawa pembebasan dan jalan keselamatan,ternyata malah membawa kita menuju jurang pertikaian yang menelan banyak korban. Revolusi Perancis,civil war di Amerika,pembantaian oleh Nazi Jerman,rezim Stalin di Rusia,rezim Pol Pot di Kamboja,tragedi PKI di Indonesia,dan seterusnya adalah sebagian bukti-bukti yang menggiring pemahaman masyarakat bahwa ideologi berarti pembantaian antar manusia atas nama cita-cita luhur dan gagasan yang agung. Ideologi sebagai bagian dari peradaban manusia memang menampilkan wajah ganda. Hingga kini,ia dianggap sebagai sebuah kesadaran palsu. Ini seperti yang pernah dikatakan Karl Marx,kaum elit mendominasi pandangan awam tentang dunia yang kemudian menghasilkan kesadaran palsu. Tetapi menariknya ia juga seperti candu. Beberapa kali kita menyaksikan ideologi dipuja bagai sebuah agama sehingga penganutnya sanggup berjuang hingga meregang nyawa.
Bagaimanapun pertarungan ideologi ini tetap berlangsung. Kaum kapitalis dan sosialis membawa dialektika dalam keseharian hidup sosial kita. Mereka berlomba mencipta teori-teori baru untuk meyakinkan masyarakat dunia,bahwa ini adalah jalan menuju masa depan yang baik. Para teoritis kapitalis,misalnya,melahirkan teori-teori modernisasi,antara lain: teori pembangunan,teori tabungan dan investasi,dan sebagainya. Teori kaum ini yang mutakhir adalah ide tentang Neoliberalisme melalui gerakan globalisasi dan pasar bebas. Di sisi lain,kaum sosialis pun,tak kalah "gertakan". Karl Marx,mempelopori untuk menelanjangi keserahan kaum kapitalis melalui teori Materialisme dialektika-historis,Althusser dengan teori Strukturalis,Antonio Gramsci dengan Hegemoni,hingga teori "kritis"oleh Max Hokreimer dan para penerusnya yang mengajukan kembali konsep dasar Marx,yakni pembebasan manusia dari segala belenggu penindasan dan penghisapan,tetapi secara kritis dan antidogmatis sebagai antitesis dari teori-teori pembangunan.
Di luar dua pemain besar ini,muncul juga pemikiran postmodernisme yang keluar dari tradisi enlightenment. Ragam pemikiran postmodernisme bersatu dalam sebuah ide bersama,penolakan atas "cerita-cerita besar penyelamatan manusia,menolak obyektifitas ilmu pengetahuan,dan menolak pemikiran dikotomis. Penekanan ideologi ini kepada hak untuk berbeda (the right of different). Melalui teori dekonstruksi, faham ini memutus rantai perdebatan ideologi yang bertikai beserta seluruh rasionalitas yang membenarkannya. Lalu siapakah pemenang pertarungan ideologi?
The end of History and The last man,oleh Francis Fukuyama mewartakan kemenangan kaum kapitalisme."Kita dapat menyaksikan," demikian katanya…akhir sejarah yang sedemikian itu:yakni akhir dari evolusi ideologis umat manusia dan universalisasi demokrasi liberal barat sebagai bentuk final dari sistem pemerintahan umat manusia."
Sedangkan,ilmu pengetahuan modern (teori modernisasi) telah menghasilkan pandangan seragam tentang corak produksi secara ekonomis (kapitalisme).
George Ritzer,dari kubu sosialis,jauh-jauh hari telah mengkritisi paradigma ini dengan mengatakan kemenangan kapitalisme disebabkan karena pendukungnya lebih mempunyai kekuatan dan kekuasaan,bukan karena teori ini lebih manusiawi,lebih baik,apalagi lebih benar. Apakah pesimisme ini mengakhiri pertarungan dan juga sejarah ideologi manusia?
Pertarungan ideologi mungkin berakhir,tetapi bagi masyarakat dunia ancaman pertikaian yang lebih besar akan terjadi. Samuel P. Huntington,menulis sebuah artikel yang kemudian menjadi buku, The Clash of Civilization and The Remaking of World Order. Sejak tahun 1993,ia mengingatkan kemungkinan benturan antar peradaban dunia,yang antara lain meliputi budaya,dan agama akan mewarnai dunia di masa depan. Bom di WTC,konflik-konflik etnis,dan agama diseluruh dunia,hingga tragedi Bom Bali mungkin bisa menyadarkan betapa kita manusia,makhluk yang mulia ciptaan Tuhan menjadi sangat kejam akibat dari kesadaran palsu.


Perjalanan Ideologi bangsa Indonesia
Bangsa Indonesia sebagai bagian dunia,tak terlepas dari pengaruh ideologi sejak pra kemerdekaannya. Namun,secara umum perbedaan pandangan dari ideologi dapat dikemas menjadi sebuah alat pemersatu. Sukarno menulis dalam Suluh Indonesia Muda,tahun 1926 tentang Nasionalisme,Islamisme dan Marxisme sebagai faham-faham yang menjadi roh pergerakan di Indonesia,bahkan di Asia. Tetapi jauh sebelumnya Indische Partij,Sarekat Islam,I.S.D.V (Indisch Sociaal Democratische Vereniging) telah merumuskan ideologinya masing-masing sebagai alat perjuangan. Setelah kemerdekaan,pemerintah mulai mengalami kesulitan menangani perbedaan ideologi-ideologi ini,mulai dari pemberontakan kaum komunis di Madiun,DI/TII hingga tragedi PKI tahun 1965. Sejak saat itu,seolah-olah bangsa Indonesia trauma dengan sejarah pertarungan ideologi.Maka mulailah represi rezim penguasa dengan mewajibkan semua ormas dan orpol menggunakan satu asas sebagai ideologi,Pancasila. Meski dalam prakteknya bangsa ini terseret jauh dalam sistem ekonomi kapitalisme,bahkan kapitalisme global.
Berbeda dengan masa Orde Baru yang menggunakan represi,hegemoni ,dan proses indoktrinisasi melalui P4 sebagai alat untuk meneguhkan kekuasaan,sejak era Reformasi bangsa ini mulai kembali diramaikan oleh berbagai ideologi Islam, Nasionalisme, Sosialisme, Marhaenisme, Kristen,dan sebagainya. Disisi lain,terperangkapnya Indonesia ke dalam "ideologi "Pancasila adalah pengalaman masa lalu. Ahli etika politik Prof.Dr.Franz Magnis Suseno SJ berpendapat,jangan pernah lagi menyerahkan negara dan bangsa Indonesia ini kepada ideologi manapun. Menurutnya,Pancasila sebagai dasar negara lebih tepat disebut kerangka nilai atau cita-cita luhur bangsa Indonesia secara keseluruhan. Lebih lanjut ia mengatakan,ideologi manapun termasuk komunisme,selalu punya cacat metodologik yang serius. Alasannya,karena ia telah menyelundupkan kategori paham benar-salah ke dalam politik praktis. "Kalau kategori benar-salah itu sudah menjadi sebuah praksis berpolitik,konsekuensi logikanya jelas,yakni pemerintahan akan menjadi totaliter. Padahal,dalam politik praktis sebenarnya hanya dikenal kategori baik-buruk dengan beberapa variannya. Kategori benar-salah itu hanya ada dalam kerangka sebuah teori atau ajaran dan bukan pada tataran praktis,"jelasnya.
Penafsiran lain tentang Pancasila muncul dari Dr.Onghokham. Ia menyatakan,pandangan bahwa Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah salah. Sejarawan ini mengungkapkan,dalam notulen Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia,rumusan Pancasila ada dalam dokumen yang disiapkan dalam proses pembentukan negara baru,yakni Republik Indonesia. Dengan demikian,jelasnya,Pancasila merupakan suatu dokumen politik,bukan falsafah atau ideologi. Sebuah dokumen politik dalam proses pembentukan negara baru biasanya merupakan sebuah kontrak sosial,artinya persetujuan atau kompromi antara sesama warga negara tentang asas-asas negara baru itu. Risalah badan persiapan ini menunjukkan perundingan (musyawarah) tersebut akhirnya menghasilkan sebuah kompromi.
Ragam ideologi tanah air kita belakangan ini,dengan berbagai tuntutan seperti penegakan syariah Islam,Pemilu 2004 yang bisa menjadi ajang deideologisasi Partai Politik memberi pertimbangan bagi kita bahwa sebaiknya Pancasila tidak disandingkan dengan Ideologi-ideologi tersebut. Saya (penulis) sepakat dengan pemikiran Pancasila sebagai kontrak sosial. Sebagai kontrak sosial,ia berdiri diatas semua ideologi karena ia merupakan suatu kontrak pembentukan negara. Sehingga berarti,jika Pancasila diubah maka mensyaratkan pembubaran Negara Kesatuan Repulik Indonesia terlebih dahulu.


Ideologi dan Partai Politik
Partai politik adalah perwakilan dari ide-ide yang mencerminkan gagasan tentang negara dan masyarakat yang dicita-citakan. Ideologi oleh karena itu menjadi sangat penting bagi partai politik,sebagai motivator dan penggerak utama kegiatan partai politik. Partai politik menawarkan platform partai,visi dan misi kepada warga negara,dan berusaha meyakinkan mereka untuk sama-sama berjuang. Demikianlah, hingga saat ini tercatat berbagai macam ideologi partai berkembang di negara ini,seperti Islam, Nasioonalisme,Sosialisme,Marhaenisme,Kristen,dan sebagainya. Namun sayangnya,selama lima tahun era reformasi bergulir dasar formal pendirian partai-partai hanya menyisakan formalitas belaka,tanpa peran riil dilapangan.
Partai-partai politik yang ada menyaksikan bagaimana konflik etnik,agama,dan budaya berkembang di masyarakat. Disini mereka gagal berperan sebagai lembaga konflik,malah seringkali kita disodorkan kepada kenyataan para pemimpin partai yang terlibat korupsi,dan berbagai permasalahan di internal partai. Masyarakat melihat realitas yang sama sekali berbeda dengan idealitas. Partai nasionalis tidak mampu membela kepentingan bangsa dari belenggu tekanan dan pengaruh kolonoalisme ekonomi. Partai berlandaskan keagamaan belum tentu lebih agamis. Partai-partai sosialis malah sibuk dengan individualisme mereka. Apa yang sedang mereka perjuangkan?idealisme ataukah realitas?
Apa yang kita saksikan di Bali beberapa pekan yang lalu adalah kegagalan para elit partai untuk memberikan pendidikan politik bagi para kadernya. Apa yang terjadi adalah perang antar bendera,tongkat,dan kaos,yang harus mereka bayar dengan nyawa dan rusaknya citra budaya lokal. Partai-partai pada akhirnya hanya memikirkan kekuasaan,kekuasaan, dan uang.
Masyarakat sadar politik tidak akan mau menjadi korban janji-janji kosong menjelang pemilu. Masyarakat sipil yang cerdas akan melihat kebijakan publik dan operasional dari ideologi masing-masing partai. Mereka pun akan memperhatikan demokratisasi di dalam partai serta tindakan para pengurusnya. Dilain pihak,tentu saja,partai politik juga akan menunjukkan sikap dan produktivitas sesuai dengan janji-janji mereka dihadapan para kader.
Pertanyaannya,adakah partai yang layak di negara ini?


KMHDI dan Ideologi
Kita mengetahui pertikaian antar ideologi. Bahkan ancaman antar peradaban. Kita mengetahui betapa lemah pemerintahan serta partai politik yang ada. Apa yang dapat kita lakukan?
KMHDI adalah organisasi masyarakat yang bernafaskan Hindu. Kontrak sosialnya sejak awal adalah sebagai wadah pemersatu,bagi dan untuk mahasiswa yang membawa nilai-nilai Hindu. Dalam perjalanannya kemudian,KMHDI mulai merumuskan ideologinya seperti apa terdapat dalam Purwaka sejak tahun 1999. Tujuan KMHDI adalah membentuk manusia-manusia yang memiliki kualitas, yaitu Religius, Humanis, Nasionalis dan Progresif, yang bersedia berjuang di jalan Hindu untuk mewujudkan kebebasan, keadilan dan solidaritas bagi semua individu yang berada dalam suatu negara yang berasaskan demokrasi dan hukum. Visinyapun kemudian diarahkan menjadi wadah pemersatu dan alat pendidikan kader. Sedangkan misi KMHDI adalah memperbesar jumlah kader yang berkualitas,seperti yang disebutkan diatas. Secara sadar atau tidak,kita telah membangun ideologi KMHDI.
Dari pertarungan antar ideologi dunia kita mengetahui bahwa kapitalisme telah hadir dengan sistemnya yang lengkap. Seolah-olah semua aspek kehidupan berjalan lancar,produktif,efisien,adil,wajar,dan manusiawi. Padahal yang sesungguhnya terjadi adalah proses dehumanisasi. Maka untuk melawan ini,kita mau tidak mau harus berjuang di level bawah. Pengorganisasian rakyat,dalam hal ini mahasiswa menjadi hal yang mutlak. KMHDI harus menguatkan basis para penerus Hindu,dengan praksis-praksis yang mencerdaskan.
Pada tataran atas,peran pemerintah ataupun partai politik penting untuk melakukan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat melalui wacana dan kebijakan publik yang mencerminkan keadilan sosial,serta usaha-usaha untuk menemukan kembali nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Dari kelemahan partai politik kita bisa belajar,(1)Pentingnya operasional ideologi yang bukan cuma sekedar wacana dan menjadi retorika organisasi. Dalam hal ini,penerapan apa yang ada dalam buku-buku pedoman organisasi yang telah ada mutlak harus dilaksanakan;(2)secara internal,organisasi ini kurang koordinasi akibat komunikasi yang sangat minim,sehingga yang muncul adalah organisasi pengurus/individu. Permasalahan lainnya adalah dana untuk menggerakkan roda organisasi. Secara eksternal,nama KMHDI jarang terdengar ,terutama diluar komunitas Hindu;(3) Pendidikan,hal yang mutlak untuk dilakukan sebagai sarana membentuk watak dan karakter anggota yang sadar akan nilai-nilai Hindu. Pendidikan dalam hal ini kaderisasi adalah masa depan organisasi,karena hanya melaluinya kita dapat tetap eksis.
Kondisi kehidupan berbangsa-bernegara juga mengajarkan kepada kita bahwa,ideologi bukanlah barang mati. Ideologi harus selalu terbuka atas sebuah interpretasi,sepanjang ia mampu dijelaskan secara rasional,dipahami,serta diakui oleh para anggotanya. Ideologi adalah obyek,dan anggota adalah subyek yang sadar. Bersama-sama subyek ini akan membahas dan mengaplikasikan obyek. Pemerintah Orde Baru dan perlakuannya terhadap Pancasila adalah contoh yang salah. Kita tidak butuh ideologi beserta P4 nya.


Ideologi Pendidikan
Saya senang sekali mengutip apa yang pernah dikatakan oleh seorang filsuf pendidikan,Paulo Freire,bahwa tidak ada pendidikan yang netral dan bebas nilai. Bahkan tulisan yang Anda baca sekarang inipun cukup banyak memuat ideologi yang saya yakini. Permasalahannya adalah,apakah Anda peduli? jika ideologi kita sama,maka Anda akan melanjutkan membaca,dan jika ideologi Anda berbeda dengan saya,sebaiknya Anda juga melanjutkan membaca karena paling tidak Anda mulai belajar untuk menerima perbedaan ideologis. Semoga ini akan menyenangkan.
Pendidikan hingga saat ini diyakini oleh sebagian besar orang sebagai kegiatan mulia,mengandung kebajikan,dan sekali lagi bebas nilai. Pikiran kita selama ini masih terendam mitos,tak luput juga para pendidik banyak yang tidak kunjung siuman bahwa mereka punya andil besar dalam pertarungan ideologi dan politik.
Pendidikan dimanapun dikepung situasi dilematis,pro status quo ataukah ingin menjadi agen transformasi sosial menuju masyarakat yang sadar. Dalam buku Ideologi-ideologi Pendidikan oleh William F O'neil,ahli pendidikan University Of Southern California AS ini mengupas enam ideologi yang berkembang di masyarakat dunia. ideologi-ideologi itu adalah:fundamentalisme,intelektualisme,konservatisme,liberalisme,liberasionisme,dan anarkisme. Berbagai ideologi ini kemudian disederhanakan kedalam tiga kelompok besar:konservatif,liberal,dan kritis. Para pendukung konservatif menganggap ketidak adilan sosial sebagai kodrat. Mereka berpandangan kaum miskin,anak jalanan,dan kaum kriminal,semuanya menderita karena kesalahan mereka sendiri. Kaum konservatif mengajukan bukti-bukti dari mereka yang mau berusaha banyak yang berhasil dalam studi,karier,dan hidup bebas di luar penjara. Pendukung liberal beranggapan,pendidikan tidak berkaitan dengan persoalan ekonomi dan politik. Mereka tidak melihat kaitan pendidikan dengan struktur kelas,dominasi politik,hegemoni budaya,dan diskriminasi jender. Inilah paradigma pendidikan yang berkembang saat ini di Indonesia. Mekanisme pe-rangking-an,untuk memacu persaingan antar murid,membangun gedung-gedung,dan semua hal yang dominan kepada hal-hal fisik,pada akhirnya melalaikan pembangunan mental dan moral. Akibatnya kini kita terperosok dalam pertikaian antar etnis,agama,dan integrasi wilayah. Paradigma liberal hanyalah kosmetik. Ujung-ujungnya adalah human investment. Bangsa Indonesia telah menjadi bagian sekaligus korban dari mesin besar industri kapitalisme.
Paradigma kritis pendidikan menghendaki perubahan struktur sosial secara fundamental. Pendidikan ini mendekonstruksi struktur-struktur sosial,ekonomi,politik,dan budaya yang melambangkan ketidakadilan. KMHDI menganut ideologi pendidikan kritis. Melalui sistem kaderisasinya, mahasiswa dibimbing supaya struktur sosial, budaya, agama, politik tidak diterima begitu saja tetapi justru dipersoalkan. Pendidikan KMHDI tidak dipaksakan dengan teori-teori dari atas. Dengan cara dialogis pengajar dan siswa memulai dengan pengalaman dan pengetahuan bersama. Pengajar dan siswa adalah subyek. Obyeknya adalah realitas yang ada di masyarakat/sekeliling kita. Interaksi pengajar dan siswa dalam proses belajar ini dilakukan sebagai proses yang terus menerus sebagai tujuan untuk mencapai visi KMHDI. Dan tentu saja pendidikan kita tidak bebas nilai. KMHDI berpihak kepada nilai-nilai bersama, yaitu: religiusitas, nasionalisme, humanis, dan pemikiran yang progesif.


Penutup
Setiap orang mempunyai ide-ide dan gagasan. Dalam sebuah organisasi,ide-ide melebur menjadi satu pemahaman dan keinginan. Ideologi KMHDI adalah ideologi terbuka dan bukan dogma,yang menuntut pemahaman dan kesadaran untuk setiap tindakan.Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Dan utamanya,perjuangan adalah pelaksanaan ide-ide,gagasan. Saya meyakini ideologi yang baik adalah ideologi yang mampu di-praxis-kan. Semoga pikiran yang baik datang dari segala arah,sehingga saya dan Anda dapat menerima perbedaan-perbedaan ideologi serta mengambil yang terbaik dalam setiap tindakan. Semoga.


Referensi:
-Lorens Bagus,Kamus Filsafat
-Widodo Dwi Putro,Pertikaian Ideologi
-Samuel P.Huntington,Benturan antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia
-Mohammad Nasih,Deideologisasi Partai Politik
-Onghokham,Pancasila sebagai Kontrak Sosial
-Sukarno,Dibawah Bendera Revolusi 1
- William F O'neil,Ideologi-ideologi Pendidikan
Dll.
(2004)

Ayo Sekolah di KMHDI

Mengapa sekolah? dimana? kapan?sekolah berasal dari kata scolae, skhole, scola. Semuanya berarti leisure devoted to learning = waktu luang yang digunakan untuk belajar.Berawal dari kebiasaan orang-orang Yunani, untuk mengunjungi tempat-tempat ataupun orang pandai utk menanyakan hal-ikwal tertentu yang ingin mereka ketahui.Mereka belajar dimana saja, dan kepada siapa saja.Sederhananya, setiap tempat bisa menjadi sekolah, dan setiap orang bisa menjadi guru asalkan memiliki pengetahuan.Karena desakan perkembangan kehidupan yang kian beragam dan menyita waktu, ayah dan ibu tak lagi punya waktu utk memberikan pengetahuan kpd anak-anak.Kemudian, mereka mulai menitipkan anak kepada lembaga pengasuhan anak, sebagai pengganti ibu dan ayah.Lembaga ini dikenal kemudian sebagai almamater.Dalam perkembangannya, John Amos Comenius melontarkan gagasan pelembagaan pola dan proses pengasuhan secara sistematis dan metodis. Seorang berkebangsaan Swiss, Johann Heinrich Pestalozzi melangkah lebih jauh dgn mengatur pengelompokan anak-anak asuhannya secara berjenjang yg harus mereka lalui secara bertahap.Begitulah, skhole menjadi tradisi yg mendunia dg berbagai bentuk dan pengembangan.Tetapi konon khabarnya, bangsa Cina sudah memulai tradisi sejenis sejak 2000 tahun sebelum Jesus lahir.Juga, kaum Brahmin di India sudah membangun Sekolah Veda setengah abad sesudahnya. Bagaimana dgn bangsa kita?tradisi sekolah di nusantara banyak dipengaruhi anak benua India, dan juga Arab.Lalu penjajahan mewariskan kepada kita tradisi kolonial melalui politik balas budi. Dan sekarang, dengan perkembangan informasi dan teknologi abad 21, mendengar kata sekolah, apa yg anda bayangkan?

KMHDI adalah sekolah.
Wow!gedung, seragam, SPP, kurikulum, ijasah, wisuda?


Sebelum melangkah lebih lanjut, mari kita simak pemikiran, Paulo Freire:….tidak ada pendidikan yg netral.
Richard Shaull menjelaskan, pendidikan dapat berfungsi sebagai sarana yang digunakan untuk mempermudah integrasi generasi muda ke dalam logika dari sistem yg sedang berlaku dan menghasilkan kesesuaian terhadapnya, atau ia menjadi`praktek kebebasan`, yakni sarana dengan apa manusia berurusan secara kritis dan kreatif dgn realitas, serta menemukan bagaimana cara berperan-serta untuk mengubah dunia mereka.


Lalu bagaimana dengan KMHDI? Apa peran kita dalam pendidikan generasi muda?
KMHDI,sebagaimana salah satu visinya sebagai alat pendidikan kader tentu wajib berperan disini.
Bagaimana kita membangun pendidikan di KMHDI secara kritis, dialektis, dan membebaskan?


KADERISASI. Itulah jawabannya.
Kaderisasi KMHDI ialah proses pendidikan jangka panjang untuk menanamkan nilai-nilai/pengetahuan kepada seorang Kader.


Disini kita mengutamakan pendidikan yang kritis.Mahasiswa dibimbing supaya struktur sosial, budaya, agama, politik tidak diterima begitu saja tetapi justru dipersoalkan. Pendidikan kritis tidak dipaksakan dengan teori-teori dari atas. Dengan cara dialogis pengajar dan siswa memulai dengan pengalaman dan pengetahuan bersama. Pengajar dan siswa adalah subyek. Obyeknya adalah realitas yang ada di masyarakat/sekeliling kita. Interaksi pengajar dan siswa dalam proses belajar ini dilakukan sebagai proses yang terus menerus sebagai tujuan untuk mencapai visi KMHDI.

Dengan semua hal diatas, apakah sistem pendidikan kita menjadi netral ? tidak. KMHDI tidak bebas nilai. KMHDI berpihak kepada nilai-nilai bersama, yaitu: religiusitas, nasionalisme, humanis, dan pemikiran yg progesif.

Lalu bagaimana dengan ijazah, SPP, gedung, seragam sekolah, wisuda ?
Saya juga bingung dengan pertanyaan ini, hehe. Apakah kita masih membutuhkan?
Yang jelas: KAWAN-KAWAN, AYO SEKOLAH !!

AYO SEKOLAH di KMHDI x 89!


Tude
(siswa yang kadang2 mengajar di KMHDI)


Tulisan ini mengambil ide-ide dari:
1)Roem Topatimasang dengan bukunya: Sekolah itu candu
2)Paulo Freire dengan bukunya: Pendidikan kaum tertindas
3)Majalah Basis edisi Paulo Freire

Bacaan lebih lanjut, silakan mempelajari: Buku Pedoman Kaderisasi KMHDI 2002.

Ubermensch

Ketika aku berhasil membunuhnya
Gemuruh ramai menyambut
Tetapi aku tak lagi bersama kalian
Diurai ketiak waktu-aku larut dalam impian
Serasa bumi mengaliri arus yang hangat
Lalu akupun mulai menangis
“Aduh, Nietszhe, mengapa pipis lagi
Ibu baru saja mengganti popokmu..

(2002)

Tarian lupa,


Siapa ingin menari-mari: ayunkan tangan kiri lalu ke kanan, hentakan kaki tak berirama ini rayakan kebebasan. Suara-suara sudah kita matikan kuping tak mampu lagi mendengar hanya lagu dan tarian juga gerakan: mari menari

Perapian adalah ajang kita bersuka
Disanalah nilai keabadian menjelma sosok serigala
Milik semua raja-raja dengan hentakan tangan dan tatapan mata, jadilah ia abu-menjadi keringat dan darah lalu muncul kepatuhan
Mari menari dalam gerakan karena kita lupakan itu semua


(2002)

Menjadi berani,


Aku takut pada dinding
Pada jendela-jendela
Dari pintu hingga halaman belakang rumah
Aku takut pada yang bersuara
Pada ia yang mendengar

Aku takut kepada asap yang menari aku takut pada nyanyian sesungguhnya aku takut pada ia yang berlari ia yang berhenti untuk menarikku aku takut kepadanya yang menatap cermin pada keringat yang menghisap sungguh ketakutanku adalah jari-jari yang menjelma hati meminta aku untuk berani

Lebih baik aku berani sebaiknya memang aku berani sungguh ingin untuk jadi berani dalam tatapan matamu aku mencari dimana kau taruh air mani ibu saat bapak mencumbu ibu ketika lelah menggapai suara memanggil dalam tangis pertama sebaiknya aku berani untuk bernyanyi mendengar kata hati yang menjelma kata-kata: ini sajakku.


(2002)

Desakan sajak,


Kumulai kata dari sebuah Tanya
Ada apa?
Tak cukup ruang berasa yg tenggelam
Seperti sebentuk cair mengalir, dalam bayang-remang

Kususun kata dari tatapan mata,
Kenapa berkaca-kaca ?
Ada yang tersisa dingin malam itu
Ketika ragu menusuk tak mampu bersuara, aku bertanda
: hujan t`lah mengalir di hati

Menyambut diri yang tak lagi utuh,
Papah kata aku-patah-patah:

Katakan desak-katakan desak
Katakakan-katakan,
Desak-desak-desak-katakan
Katak-desak-an-desak-katak ?
… …

(awal tanya diakhir kata)
: Desaklah yang-mendesak sajak.


(2001)

Masa remaja,

Kibar-kibar sayap aneh yang lucu
Ketika hangat rindu hanya untuk mu
Sejenak di peluk, dunia bukanlah apa yang ada
Tak kurang-kurang bintang bersinar
Dan pelangi ada selalu..

Mimpi bernaung di balik seragam kita
Ingatkah kisah yang tak kembali ?
Seperti api kita bernyanyi, di siang hari..
Cinta aku – kamu – mari mengenang


(2002)

Sajak di benak

Seperti saat ini,
Bola mata lesu menunduk
Ketika mencoba kutarik garis
Satu-satu kata menghimpun, siapa disana ?

Cepat kau datang
Aku menghiba, keluarlah !

Tidak berhasil kucipta hening
Engkau merangkak, berputar, melingkar

Kosong
Kosong
(suara-suara itu menemani)
Milikku bukanlah ia
Engkau masih dibenak,
Keluarlah !

Anaknya yang membunuhnya,


Tak usah kau cari ia ada dimana
Ia ada di hatiku, dan mati
Bapak, ibu..aku hanya anakmu yang muak dan kaya
Sampai disini aku tidak mengatakan apa
Selain, kata aborsi – masturbasi yang melaju darah

Kenikmatan itu canduku
Meninggalkan kedamaian peninggalanmu
Aku menemukannya disini,
Didalam sendiri ditinggalkan, aku merdeka

Aku telah membunuhnya,
Ketika kutemukan ia teraniaya


(salam hangat untuk Nietzsche)

Mata Malaikat

Ada ruang antara kau dan aku
Kau rebahkan hidup pada selembar permandani dan aku pada batu
Rapatkan diri pada jerami

Aku menghirup nafasmu
Kumaknai bagai harum dupa
Adakah hati yang beriak

Tetapi engkau tak memandangku
Bahkan tak tahu
Ada waktu antara kau dan aku
Bahkan tak tahu
Bila kerumunan orang juga menatapmu

Aku terlambat hari ini
Mereka rebahkan batu dan jerami pada lembaran permandani
Bahkan tak tahu
Masih ada engkau disitu


ANTI HIDUP

Dinegeri ku ada gunung ada sawah
Ada sungai juga pohon-pohon ,semuanya berwarna-warni
Ada siang ada pagi bahkan tak henti-henti
Ada gajah ada kambing ada babi,bahkan tak ada manusia

Tak ada manusia ?
Ya, karena negeriku mampu mengambilnya dari dongeng purba dan mengembalikan pada tanah.
Sebuah keindahan,
dinegeriku ada lukisan-lukisan tentang masa depan bahkan tak ada masa kini
juga masa lalu
Ah, indahnya
Bahkan kami tak butuh kehidupan.


MENUJU JALAN PULANG

Kami orang-orang dalam botol
Tak ada jalan, dimana pulang
Bila bernyanyi kami berbunyi; ah..

Ada yang mati dan kami tahu
Tetapi air mengalir tak hiraukan
Ada yang terinjak dan kami tahu
Tetapi siapa yang menginjak

Tak ada jalan tak ada pulang
Bahkan kami kini tak tahu
Siapa kami
Sekian waktu bersama tak hiraukan wajahmu, suaramu,nafasmu,kelaminmu..

Kami orang-orang dalam botol
Air mengalir keseberang
Itukah rumah ?


MENU HARIAN

Kita adalah milik diri sendiri
Yang selamanya kosong dan minta isi
Kita adalah seonggok lubang purba
Yang selalu lapar minta tambal

Kita adalah putih yang haus akan warna
Kita adalah kepala yang mulanya tanpa rambut-rambut dan juga bau
Tetapi siapa yang meminta

Kita adalah kepala disajikan dalam piring hidup
Selamat makan.


BUKAN TENTANG DOA

Di tanah kami:
Asap menjelma sosok serigala
Api menjalar ke segala aliran darah
Tanah-tanah.
Bukan tentang doamu atau doaku.
Tanah-tanah.
Ini adalah tentang kebencian

Dinding-dinding dan tembok mimbar kami berdoa
Bukakan jendela untuk hati-biarkan rayap-rayap kecil kami bernyanyi esok hari, tanpa takut pada keabadian nilai tentang perang yang entah milik siapa.


KEKASIHKU

Kau tahu kita satu,
Tetapi kenapa kau pisahkan
Tak tahukah akupun rindu
Tetapi kau minta aku memujamu
Kau suruh ia menuntun ke jalanmu, menebar benih-benih keyakinan atas dirimu
Sesungguhnya,
Apa engkau menginginkan aku ?

Diawal kelahiran,
Aku berteriak kala berpisah darimu
Kau bilang, tak apalah cuman sesaat,
disitu engkau akan berjumpa pesuruh-pesuruhku
Tetapi apa,
Aku tetap rindu-walau tak kunjung bertemu
Uang, pelacur, koplo, onani,..lumayanlah
‘ah, cuman sesaat-seperti janjimu

AYAM JAGO

Bertarunglah nak, bertarung
Karena itulah harapanmu
Jangan gentar karena sesungguhnya ia telah mati ketika menatapmu

Jangan nak, jangan kau usap darah dilehermu
Semua orang tahu bahwa darahmulah yang mereka cari

Semua yang keluar dari dirimu adalah berharga
Maka jagalah hidup nak, jangan pernah menyerah

Semakin besar engkau semakin yakin aku akan kejayaanmu
Hadapi mereka nak, pastikan kemenanganmu
Ah, engkau mulai berkokok pahlawanku..
Aku bangga padamu

Nah,
Bertarunglah !


MALAM PASUTRI

Remang bayangan tumbang, dan
Mentari mati..
Maka, kami bersaksi
Malam meneguk saat nikmatnya bulan

Di tepi melabuh , kembali aku pada peluk ibu..
Bangunlah Ibu, ini anakmu
: dapatkah ku telan malam untukmu ?

“Ah, engkau suamiku
Dirimu hanyalah seonggok bayi yang selalu minta susu”

Dan ketika esok ombak kembali panas menjalar
Aku akan menjelma lelakimu.

SEKOLAH

Scholae, school, atau apalah
Awalnya adalah leisure devoted to learning
Tetapi kini apa bedanya dengan pabrik ?

Disekolah kami diajar bagaimana berbaris
Dan mengangguk untuk lulus

Jika negeri ini adalah ladang
Maka kami adalah tanaman yang kalian siram dan rawat setiap hari
Tetapi jika kami adalah boneka atau bunga kertas
Apa yang kalian harap untuk makan esok hari ?


EKSEKUSI

Ah, kekasih
Waktu itu adalah milikku dan juga milikmu
Kita berbagi
Kemarin malam kitapun masih bersuka

Tetapi hari ini kita harus bertaruh
Engkau yang tak jejaka atau aku yang gadis tak lagi merdeka.
(Cybersastra:Antologi Puisi Digital 2002)

Friday, November 19, 2004

Doa Pengemis

Tak akan kutengadahkan tangan untuk menghabisimu
Tak akan kulepaskan anyir tubuhku
Bila kuingin menyapa
Dirimu yang berduri di hati
Tetapi mengapa engkau menangis
Aku hanya ingin menyapa
Dan silakan bawa lagi harummu
( beriak hatiku mencari
: itukah engkau bersujud di ujung hari )

Menggagas kembali Nasionalisme kita


NASIONALISME,secara umum dirumuskan sebagai sikap politik dan sosial dari kelompok masyarakat yang mempunyai kesamaan budaya,bahasa,dan wilayah, sertakesamaan cita-cita dan tujuan. Nasionalisme Indonesia,sebagai sebuah bangsa yang besar meliputi beragam budaya,bahasa,dan wilayah dari Sabang hingga Merauke, tentulah bukan nasionalisme yang statis. Dan tak dapat kita hindari, bahwa dalam konteks sejarah bangsa ini,diwarnai oleh beragam pemikiran dan ideologi manusia yang mengambil gagasan-gasan religius dan juga sekuler baik dari dalam ataupun luar negeri.

Ia ialah nasionalisme yang diciptakan, karena melewati proses dialektika dan interpretasi bangsa ini selama berabad-abad,dari masyarakat tradisional ke masyarakat kolonial menuju masyarakat pasca kolonial,hingga modern seperti saat ini.Fase awal Nasionalisme kita,ialah Nasionalisme Indonesia Pra kemerdekaan,dalam buku-buku sejarah kita mengenalnya sebagai wujud patriotisme melawan kolonialisme. Secara umum semangat nasionalisme kita saat itu juga tidak terlepas dari kebangkitan bangsa-bangsa Eropa abad 18 dan 19,yang secara tidak langsung membawa pengaruh kepada kaum terpelajar kita untuk juga merumuskan nasionalisme bagi Indonesia. Sumpah Pemuda,adalah tonggak awal nasionalisme Indonesia.Nasionalisme kita bukan lagi nasionalisme etnis yang terbatas pada satu kelompok etnis tertentu. Nasionalisme dipandang sebagai alat bersama untuk bangkit bersatu memerdekakan diri. Nasionalisme Pasca Kemerdekaan,ialah konsep yang tumbuh secara prematur. Ia muncul sebagai upaya untuk membentuk sebuah negara,dimana kesetiaan pada suku,kedaerahan (Jong Java,Jong Celebes,dan sebagainya) digantikan dengan konsep nasional.

Hal baik yang dirasakan saat itu ialah rasa senasib dan solidaritas horizontal masih kental, meski beberapa kali muncul gerakan separatis yang diselesaikan dengan cara militer. Fase berikutnya, Nasionalisme Orde Baru.

Pada masa Orde Baru,Nasionalisme kita berubah menjadi jargon"Persatuan"dan "Kesatuan". Siapapun yang dicurigai membahayakan kepentingan negara dan pemerintah, dianggap melawan upaya persatuan dan kesatuan bangsa. Akibatnya, nasionalisme tidak tumbuh sebagai kesadaran hidup kenegaraan dari masyarakat warga. Dengan legitimasi dan jargon persatuan, rakyat Indonesia menjadi tertindas di negaranya sendiri dimana TNI / Polri yang seharusnya menjadi pengayom rakyat tak lebih adalah alat kekuasaan negara. Berawal dari sini muncul pelanggaran HAM, yang sayangnya diyakini oleh penguasa dan TNI/Polri tak lebih dari wujud kesetiaan kepada Nasionalisme dan tanah air Indonesia.

Lalu kini di masa reformasi,bagaimanakah wajah nasionalisme kita?pendekatan keamanan bangsa dengan laras senapan ibarat menyimpan api dalam sekam.Dengan jatuhnya rezim otoriterian, potensi konflik komunal bermunculan, Timor Timur berpisah dari kita,separatisme bermunculan di beberapa daerah,hingga pengiriman ribuan tentara ke Aceh yang tak kunjung usai. Reformasi yang digembar-gemborkan kemarin sudah mati suri. Ia tidak lebih baik dari interpretasi nasionalisme dibawah Soekarno ataupun Soeharto dengan IdeologiPancasila-nya. Nasionalisme kita hingga saat ini hanya sebatas mitos,benar ia telah mengantar kita kepada kemerdekaan. Tetapi setelahnya, kita merasionalisasikan nasionalisme kedalam jargon-jargon tidak bernyawa, yang mengantarkan bangsa ini menuju jurang. Kita seakan lupa substansi dari nasionalisme awalnya adalah sebuah perbedaan-perbedaan. Kita lupa untuk memberi ruang kebebasan pada masing-masing budaya, kelompok, bahasa sebagai ranah kebangsaan. Dan kini,nasionalisme kita terjepit diantara globalisasi dan etnisitas. Disatu sisi globalisasi mengikis batas-batas negara,serta mendesakkan uniformitas secara universal. Disisi lain antitesis globalisasi bermunculan dalam bentuk lokalitas-lokalitas khas etnisitas. Semuanya ini seakan membuktikan nujum Naisbitt,Global Paradox. Apakah masih ada masa depan bagi nasionalisme kita?

Benedict Anderson, dalam sebuah seminar di Jakarta beberapa tahun yang lalu mengemukakan, kontinuitas Indonesia sebagai sebuah bangsa sangat tergantung pada sejauh mana kebesaran jiwa bangsa Indonesia menghadapi dirinya sebagai bangsa yang majemuk. Sebab nasionalisme merupakan sebuah"proyek"bersama yang harus terus diperjuangkan. Dan, nasionalisme bukanlah warisan yang harus dibela mati-matian dengan kekerasan,karena ia berawal dari perasaan senasib sepenanggungan dan solidaritas sebagai bangsa. Masa depan,menuntut semua komponen bangsa ini untuk berbhakti.

Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI), adalah bagian dari bangsa Indonesia. KMHDI telah menekankan kepada seluruh kadernya untuk berpartisipasi dalam pembentukan negara bangsa dengan menerjemahkan nasionalisme sebagai perwujudan dari Dharma Negara. Semua fase dalam kehidupan bangsa ini, mengajarkan kepada kita bahwa nasionalisme harus dibangun diatas tanah air kita yang pluralis, dengan semangat kemanusiaan, religiusitas dan bagi kita (umat Hindu) sebagai sebuah Dharma. Semoga hari esok akan menjadi indah bagi nasionalisme kita.
Posted by Media Hindu on 2004-10-01 [ print artikel ini beritahu teman ]

Dewi Durga


India sebuah negeri yang suci dan spiritual
Sejak jaman Veda kuno, India telah dihormati oleh masyarakatnya sebagai negeri yang suci, negeri Devi atau Ibu Suci. Anak benua ini secara geografis berbentuk bagai seorang perempuan dengan Kashmir sebagai kepala dan Sri Langka di bagian kaki. Daerah ini memiliki Sang Himalaya, pegunungan tertinggi di dunia, di bagian utara, darimana mengalir terluas dan kelompok yang paling subur dari sungai-sungai besar dunia. India adalah wujud Ibu Alam pada puncak keanggunannya dari pegunungan hingga laut.

India secara historis telah menjelaskan dirinya tidak berhubungan dengan penaklukan-penaklukan melainkan berhubungan dengan pendidikan spiritual sebagai negeri dari Yoga dan meditasi yang temanya menyebarkan keagungan epik kepahlawan nasionalnya, Mahabharata dan Ramayana. Hal ini telah menghasilkan jalan keagamaan dan spiritual yang melimpah terbesar di dunia: berwujud dan tak berwujud, personal dan impersonal,percaya dan yang tidak percaya kepada Tuhan. India telah membangun peradabannya bukan hanya atas daya cipta manusia ataupun penyingkapan rahasia sejarah secara khusus, melainkan melalui konsep Dharma, sebuah pengenalan hukum alam sebagai faktor utama dalam kehidupan. India telah menyisakan sebuah negeri dengan alam dan semangatnya, sebuah pulau para Deva dan kaum Yogi, bukan sekedar tempat tinggal ataupun daerah untuk meningkatkan keduniawian.

Dalam Rgveda, ajaran tertua dari daerah ini, India dipuji sebagai negeri Devi Sarasvati, yang mewakili ilmu penegetahuan suci, kekuasaan, dan keindahan. Sarasvati dimasa lalu adalah nama dari sungai besar di bagian utara India, di mana mengalir dari seberang perbukitan Ambala sampai Rann Kachchh di Gujarat,tempat pertama kali muncul peradaban Veda setelah berakhirnya abad es yang terakhir. Sarasvati, bagaimanapun bukan hanya sungai bagian luar tetapi mewakili aliran inti dari kebijaksanaan dan inspirasi, yang kemudian dikenal sebagai Sushumna atau saluran utama dari bagian tubuh yang sangat halus.

Setelah sungai Sarasvati mengering akibat rangkaian perubahan geologis dan iklim selama milenium ketiga sebelum masehi, peradaban India memindahkan pusatnya ke timur dengan air yang lebih jernih dari sungai Gangga, tetapi hal ini tidak akan pernah menghapuskan hubungannya dengan akar Veda.

Dalam India klasik dan abad pertengahan, Devi Durga, semangat berperang dari istri Deva Siva, datang sebagai simbol tanah air, mungkin dikarenakan kebutuhan untuk mempertahankan India dari banyaknya penyerbu dari luar. Ialah Sang Dewi Durga, dalam visi-NYA, memberikan Raja Hindu yang Agung Shivaji pedang-NYA untuk menahan penindasan bangsa Moguls yang dipimpin oleh Aurangzeb dan memulihkan aturan Hindu di dalam negeri pada abad ketujuh belas. Durga adalah Sang Devi Ibu yang berfungsi melindungi. Ia menyelamatkan anak-anaknya dari marabahaya, membunuh semua pengaruh jahat dari luar dan dalam yang mungkin menyerang tubuh dan jiwa. Bahkan hingga saat ini, kaum Hindu amat memuja Ibu India dalam wujud Devi Durga.

Durga mengenakan gaun merah, menaiki seekor singa dengan wujud yang agung. Ia kekuatan ratu dari para Deva yang sesungguhnya mengatur kekuasaan di dunia. Ia mewakili pertahanan Dharma, bukan kekuatan agresif untuk menguasai hal-hal keduniawian. Terlebih di abad informasi seperti saat ini, banyak kaum intelektual dan spiritual melakukan pertahanan diri secara militer. Bagi mereka yang ingin memahami India dan karakter peradabannya, mereka sebaiknya menguji wujud Devi Durga. Mengapa Durga, sosok kekuatan wanita sekaligus keibuan, datang untuk melambangkan India? Karena India adalah negeri Sakti, tenaga transformatif dan evolusioner yang suci, dan membentuk kualitas kesabaran,toleransi,dan sintesa (perpaduan) perempuan yang lebih tinggi. Hal ini karena India adalah Karmabhumi, negeri hasil kerja spiritual bagi jiwa, yang juga negeri pertarungan spiritual, Kurukshetra, di mana aspirasi spiritual kemanusian dibangun dan diujikan.

Hingga saat ini Ibu India, Bharata Mata dalam bahasa Sanskerta,memiliki banyak nama. Ia adalah Bharata Bharati, suara Surya (Bharati) yang membawa api suci. Ia adalah Bharata Bhavanti, Ibu India sebagai sumber kehidupan, yang membuat Rsi modern termasyur, Sri Aurobindo, memujinya. Sita, Devi dari semua ladang dan sungai, merendah sebelum cahaya surya yang suci dari Rama. Parvati, putri Gunung Himalaya, menjadi Istri Deva Siva,Sang Penguasa. Laksmi, simbol keindahan dan kesuburan menikah dengan Deva Visnu, kekuatan suci yang menyangga kehidupan. Untuk mengerti India, pertama-tama kita harus mengenal Devi yang mempersonifikasikan diri dalam wujud-wujud berbeda.

INDIA sebagai IBU DUNIA
India bagaikan Ibu Bumi, menggambarkan kelimpahan tropis dan membawa kehendak rahasia untuk perkembangan kesadaran. India seperti Ibu yang Suci penjelmaan Sakti penguasa dunia yang hadir untuk meningkatkan kemanusiaan. Ia bagai pengembala sapi yang budayanya selalu menghasilkan penghormatan tertinggi, menyediakan pangan bagi semua.

India, dengan segala hormat, adalah ibu bagi kemanusiaan dan juga peradaban, khususnya untuk kehidupan spiritual dan yoga. Tradisi Dharma yang agung dari Agama Hindu dan Budha bangkit melalui kekuatan negeri ini, kebijaksanaan, budaya, dan masya-rakatnya. Keharumannya telah meninggalkan kesan bagi negeri dengan kekuatan tapanya, tenaga yoganya yang setiap orang tetap dapat merasakannya pada candi-candi dan tirta-tirta di kawasan ini, memberi India kesan spiritual yang sangat dalam.

India telah menjaga dengan baik peradaban spiritual yang pernah mendominasi dunia di masa lalu dari Mesir hingga China, Indochina, Peru dan Mexico. Melanjutkan tradisi masa lalu terhadap pemujaan candi dan meneruskan agama surya kuno melalui pencerahan dan kesadaran diri, menghubungkan kita dengan kemanusiaan spiritual kuno dari mana kita telah menyimpang. Bukanlah gurun timur tengah, dengan sungai-sungainya yang sedikit atau kecil yang (bahkan) tidak dapat menopang kehidupan penduduknya secara berarti, di mana peradaban bangkit melainkan di India, anak benua yang paling subur di dunia.

Pegunungan Himalaya, yang mengelilingi dataran tinggi Tibet, memberi mahkota cakra pada bola bumi. Tidaklah mengherankan, tradisi-tradisi meditasi dan filsafat agung berasal dari negeri ini. Saat India mengambil bagian lebih besar dari sungai-sungai Himalaya, yang lain mengalir ke Indochina, China dan Asia Tengah dengan membawa pengaruh dan kesan dari pegunungan dengan arah yang berbeda-beda.Ibu Suci adalah sumber dari semua transformasi evolusi (perubahan perkembangan), dari semua kehidupan dan juga kreasinya. Bukanlah kita manusia yang menentukan atau memandu sejarah, progres (kemajuan) atau evolusi(perkembangan). Juga bukan ilmuwan kita, politikus, ekonom, atau kaum intelektual yang secara sadar menciptakan takdir kita sebagai spesies atau planet. Kita hanya bidak-bidak di tangan kekuatan yang kita tidak pernah dapat melihatnya. India dengan kebudayaan yoganya memegang peran penting dalam perubahan ini, jika saja kita mengenali dan menghargai potensi budayanya untuk kemanusiaan sepanjang waktu.

Krisis saat ini
Tidak hanya kekuatan yang membawa evolusi kesadaran menuju cahaya yang lebih terang, tetapi juga ada kekuatan yang membuatnya mundur ke dalam kegelapan materialisme dan kebodohan. Kesadaran, terlebih lagi, tidak dibangun dengan sebuah garis lurus melainkan dengan model spiral; kadang-kadang ia mundur agar kemudian maju dengan lebih yakin.

India saat ini seperti Ibu Suci yang dikotori dan dihinakan, baik oleh kemalasan orang-orangnya dan oleh musuh-musuh yang tidak dapat menghargai keindahan spiritualnya. Bagian negeri ini secara ekologi dirusak dan masyarakat awam serta kaum intelektualnya tidak ambil peduli tentang keagungan warisan dan (bahkan) tidak tahu bagaimana cara menggunakannya.

India sepanjang waktu menjadi kaku terhadap kebiasaannya, didominasi oleh penguasa dan praktek ritual. Pemikiran kreatif dan penyelidikan asli memberi jalan kepada hampir pengulangan tanpa kesadaran dari masa lalu, puji-pujian yang merendahkan diri sendiri dari pencapaian yang dulu pernah diperoleh, sebagai pengganti pemikiran baru yang didasarkan kepada kesan dini. Ini membuat bangsa India menjadi mangsa serangan dari luar dan mudah dipengaruhi bangsa lain. Kesetiaan yang dalam kepada bangsa menjadi buta. Hal ini merupakan hasil dari kondisi di mana loyalitas massa dapat dengan mudah diberikan kepada Ratu Victoria ataupun seorang Barbar (Sultan Kerajaan Mogul), kepada para penguasa, dengan tujuan Penguasa Yang Agung atau Raja.Kekuatan tamas atau kemalasan telah mengakhiri seluruh negeri, juga menghalangi orang-orang India dari ketukan spiritual di mana mereka hidup, memindahkan hati singa Sang Atman yang sesungguhnya adalah milik Durga.

Dengan segala hormat kepada spiritualitas, peradaban India tetaplah pusat peninggalan dunia, di kala kemampuan spiritual kita hingga saat ini semakin kabur. India adalah pulau tempat Deva-Deva turun dan tempat kaum yogik yang agung lahir. Kebangkitan India, karena itulah, menjadi penting untuk regenerasi planet ini. Hingga kini India juga sebuah pulau dimana Anti-Tuhan(Asuras) dapat berkuasa dan juga kekuatan-kekuatan musuh yang tidak menginginkan kebangkitan India. Kemalasan hanya akan menjatuhkan negeri ini untuk sekian ribu tahun lagi jika mereka mampu.

Untunglah, Durga, Sakti Tuhan kembali hadir hari ini. Ia menggemparkan dan memulai perwujudannya yang baru. Ia sedang menyiapkan saat yang tepat untuk membuka keilahian. Kita harus masuk ke dalam kapal untuk membantu transformasinya. Pada saat India mungkin menjadi fokus kebangkitannya, kegiatannya sedang mulai di seluruh dunia. Ialah planet yang harus segera bangkit untuk mempertahankan diri akibat pelanggaran kemanusiaan. Sementara itu, kemanusiaan baru telah mengambil bentuk dari sekilas dirinya. Mari kita menerima petunjuknya dan mengambil energi Sang Dewi !
Penerjemah: Tude
(Source: "Hinduism and the Clash of Civlization", Dr. David Frawley)
Posted by Media Hindu on 2004-09-09 [ print artikel ini beritahu teman ]

Hindu dan Milenium Baru

Hindu sepanjang sejarah

Dunia saat ini sedang berharap kepada sebuah abad baru, dimana tahun 2000 hampir tiba (meski ada sedikit keriuhan dan prediksi bencana akan kedatangannya!). Sebagai sebuah budaya modern yang didominasi oleh peradaban Barat, dengan agama Kristen sebagai basis, ia berharap abad baru memberi penegasan bagi kemanusiaan. Inilah kemanusiaan yang sepanjang sejarah tidak pernah ditegaskan oleh orang-orang Kristen.


Bagaimanapun, abad baru bukanlah hal yang baru bagi Hindu, baginya saat ini adalah milenium keenam dari Jaman Kali, terlebih jika mengenal abad yang lebih lama ataupun Yuga sebelumnya. Tradisi Hindu telah melintas ribuan tahun, kembali kepada peradabannya yang asli sebagaimana kita kenal puluhan ribu tahun yang lalu di akhir abad es yang terakhir. Dari permulaan peradaban India di tepi sungai Saraswati yang kini kering sampai abad teknologi sekarang ini, Hindu dikenal sebagai nyala api spiritual yang abadi di dunia. Ia adalah agama dan budaya yang paling dapat bertahan, yang selalu hidup dari abad ke abad.

Sepanjang waktu Hindu telah menyaksikan banyak peradaban yang datang dan pergi. Hindu menyaksikan kejatuhan Mesir, Babylonia, Yunani dan Roma, sebagaimana ia juga menyaksikan kebangkitan budaya Kristen dan Islam, dan kedatangan abad baru. Apakah rahasia di balik kemampuan Hindu untuk terus hidup? Ia tidaklah berjalan dari abad ke abad hanya karena budaya konservatif yang melindungi kebiasaan lama. Hindu tetap bertahan karena kemampuannya untuk mengadopsi perubahan jaman dan menemukan kembali dirinya pada sebuah jalan yang dinamis secara terus-menerus.

Tradisi Hindu tidak didasarkan kepada penyingkapan sejarah secara khusus yang akan mengikat kepada sebuah era ataupun menyebabkannya berharap akan sebuah akhir atau akhir dunia. Tradisi Hindu menerima adanya perbedaan jaman (Yuga) bagi kemanusiaan dan perbedaan kemanusiaan, yang mana putaran terakhir dari peradaban kita hanyalah satu. Hindu Dharma melihat sejarah merujuk kepada putaran alam, dengan kebangkitan dan kejatuhan budaya bagaikan datang dan pergi tumbuhan dan hewan sepanjang musim dalam sebuah tahun. Hindu memposisikan dirinya diatas waktu pada sebuah keabadian, berharap untuk menghubungkan kemanusiaan yang akan melampaui waktu.

Tradisi Hindu tidaklah didasarkan kepada beberapa juru selamat atau nabi ataupun juga tokoh historis. Ia mengakui banyak orang bijaksana maharasi, yang dikenal dan juga tidak dikenal, baik dari dalam tradisinya ataupun yang bukan. Tradisi Hindu menerima banyak guru-guru agung di masa lalu, masa kini, dan di masa depan. Ia tidak memilih orang-orang melainkan menyambut semua mahluk hidup, bukan hanya manusia tetapi juga tumbuhan dan hewan. Tradisinya tidak hanya sebuah tradisi bumi tetapi juga menjadikan semua dunia, termasuk dunia mahluk halus yang melampaui tubuh.

Hindu menegaskan dirinya sebagai Sanatana Dharma, Dharma yang abadi atau universal. Dharma berarti hukum universal, prinsip dasar di balik alam semesta yang mengagumkan ini seperti hukum karma. Sanatana berarti keabadiaan, merujuk kepada kebenaran abadi yang bermanifestasi dalam nama dan bentuknya yang baru. Hindu adalah agama yang tertua di dunia karena ia berdasar kepada asal muasal keabadian dari sebuah kreasi. Tetapi ia juga agama yang paling baru di dunia karena ia selalu menyesuaikan nama dan bentuknya di setiap generasi dan mencari guru-guru yang hidup, bukan kepada buku-buku tua, sebagai sumbernya yang terakhir.

Karena latar belakang inilah, Hindu melihat milenium baru dengan cara yang berbeda dari orang kebanyakan. Orang Kristen melihat milenium baru sebagai perjalanan menuju akhir dunia yang memerlukan sebuah penyelamatan untuk sebuah kepercayaan yang selalu mereka ucapkan, atau menandakan sebuah era baru untuk menyebarkan agama mereka lebih jauh di seluruh dunia melalui pembaharuan usaha-usaha penyebaran dan misionaris. Sebagian orang lainnya mendefinisikan milenium baru sebagai penemuan-penemuan ilmu pengetahuan dan membawa kita kepada era baru keajaiban teknologi dan perjalanan angkasa.

Dari pandangan Hindu tak ada agama yang memiliki waktu dan tak ada pengungkapan yang menjelaskan sejarah. Setiap orang dan setiap budaya memiliki waktunya sendiri atau durasi, yang seharusnya digunakan untuk menemukan dirinya sendiri dan mengenal dirinya sendiri. Kebijaksanaan Hindu melihat era baru bagi kemanusiaan yang bangkit hari ini melalui ilmu pengetahuan dan globalisme akan tetapi awal yang suram dari sebuah abad yang besar dari sebuah kesadaran dan spiritualitas menyebabkannya hingga kini hanya menyentuh cakrawala kita. Mereka tidak melihat era baru ini sebagai tahun 2000 melainkan melalui beberapa dekade yang lalu dan untuk banyak dekade lagi yang akan datang. Revolusi industri memberi jalan kepada revolusi informasi tetapi revolusi informasi harus memberi jalan kepada sebuah abad kesadaran yang adalah tujuan utama dari semua perjuangan umat manusia. Kemanusiaan masih merupakan transisi antara era materialisme dan spiritualitas dan waktu yang menentukan hingga kini belum dibuat. Abad mendatang adalah batas yang membawa krisis-krisis ekologi dan budaya dan akan memaksa kita untuk pindah kepada arah kesadaran. Semua ini tidak hanya membawa penemuan baru yang besar dan pemecahan yang kita lakukan dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga penderitaan dan perhitungan karma karena ketidakdewasaan dan sikap sombong yang kita tunjukkan kepada lingkungan.

Kebangkitan kembali Agama Hindu dan Hindu Global
Hindu Dharma telah mangalami kebangkitan secara luar biasa dalam abad modern ini. Kurang dari dua ratus tahun yang lalu Hindu tampak seperti di ambang keruntuhannya. Ia terkena inersia dan dikepung oleh tekanan misionaris dan kaum kolonial Islam dan Kristen yang menguasai India selama berabad-abad. Kini keadaannya membaik bahkan memperbarui diri, kembali kepada akarnya untuk menyediakan pertumbuhan yang baru dan meluas.

Hasilnya ialah di abad sembilan belas kebangkitan kembali Hindu modern dimulai dari banyak pandangan. Swami Dayananda Sarasvati dari Arya Samaj menyerukan panggilan untuk kembali kepada Weda. Swami Vivekananda selanjutnya membawa sebuah kembangkitan baru Hindu bagi Yoga dan Vedanta. Banyak para pemimpin lainnya yang bangkit di seluruh negeri mengikuti pandangan serupa.

Kebangkitan Hindu tidak hanya terbatas di India. Vivekananda menyebarkan ajarannya ke seluruh dunia, dengan penemuan kembali ajaran Hindu sebagai sebuah filsafat agung dari Vedanta dan praktek yang sangat dalam dari Yoga. Dengan ini Hindu mulai menuju global. Ia menjadi tradisi utama yang mempelopori dialog dan sintesis dalam agama, mempromosikan satu pengakuan bahwa para orang suci di seluruh dunia telah selalu mengajarkan pesan yang sama tentang kesatuan (oneness). Setelah pergerakan budaya yang melawan arus (counterculture) pada tahun 1960-an ini, banyak kelompok-kelompok spiritual yang berakar India tumbuh di Barat.

Abad keduapuluh ditandai India yang baru dan mandiri dimana Hindu adalah mayoritas dan tak lagi menderita di bawah kekuasaan sebuah agama yang berusaha untuk mengubah keyakinannya. Di abad ini India mulai membangun banyak Pura baru di seluruh negeri. Beberapa dekade terakhir ini kita menyaksikan sebuah diaspora Hindu pada bola dunia, khususnya sebagai kaum professional dalam bidang teknologi baru. Dengan banyak imigran-imigran baru asal India di akhir dua dekade ini, hampir setiap sektor penting dari ajaran Hindu dapat dijumpai di Barat, dengan Pura Hindu di pusat-pusat kota Eropa dan Amerika Utara.

Hindu di bawah kepungan
Kini meski dalam kebangkitannya, Hindu sebagai agama yang spesifik tidak sepenuhnya berjalan baik di abad keduapuluh. Ia masih di bawah kepungan oleh kaum kolonial dan tekanan-tekanan misionaris yang tetap aktif meskipun setelah era kolonialisme oleh negara-negara Kristen berakhir. Di atas semuanya, pemikiran kaum Kiri baru dan Komunis bangkit menyerang lebih jauh dengan bersekutu dengan sisa-sisa kekuatan kolonial dan Islam. Banyak negara-negara Timur seperti China dan Indochina menjadi Komunis dan di bawah kekuasaannya mencoba menghancurkan tradisi keagamaan mereka yang lebih tua. Pada saat India secara keseluruhan tidak menjadi komunis, beberapa negara seperti Kerala dan Bengala Barat berubah menjadi komunis, dan kaum komunis mendapatkan kemudahan dan dukungan dari media dan universitas-universitas yang mana dengan ajaran mereka yang anti Hindu menjadikannya besar melebihi kekuatan politik. Kaum Intelektual memeluk Marxisme sebagai agama baru mereka dan hanya sedikit yang mampu menyebarkan pemikiran Hindu kepada dunia.

India merdeka di bawah Nehru memilih model komunis-sosialis yang mengabadikan sistem pendidikan Inggris dan jalan pemikiran kaum kiri yang secara memuakkan anti Hindu dan kadang-kadang pro Islam dan pro Kristen. Masalah-masalah keuangan India, yang dihasilkan dari sistem ekonomi sosialis yang telah gagal di seluruh dunia, disalahkan pada Hindu. Masalah sosial dan kelas yang berdasar kepada kebiasaan di abad pertengahan selama kekuasaan dari luar berubah menjadi noda/kotor yang permanen bagi Hindu.

Di waktu yang bersamaan, latar belakang Hindu mereka dipinggirkan oleh pergerakan global yang sedang tumbuh. Kaum Hindu di barat-yang berkelompok lebih menyukai nama Yoga, Wedanta atau nama guru mereka secara khusus ataupun sekte yang kadang-kadang gagal sama sekali untuk mengenal hubungan Hindu mereka. Ini karena siswa-siswi Yoga di barat terkena propaganda anti-Hindu dimana mereka tidak ingin dihubungkan dengan sebuah agama terbelakang, betapapun keagungan ajaran spiritual yang mereka temukan di dalamnya!Hasilnya adalah, meski ajaran-ajaran Hindu telah menyebar dan sebuah negara India modern, masyarakat dunia masih melihat agama Hindu sesuatu yang primitif dan menindas. Beberapa ilmuwan enggan mengenal Hindu sebagai agama dunia, melihatnya sebagai kumpulan variasi sistem pemujaan yang tidak terorganisir. Teori invasi kaum Arya digunakan untuk menegaskan bahwa India tidak mempunyai budaya asli melainkan budaya gado-gado/campur aduk dari banyak penyerbu, dengan kaum Hindu asli adalah bangsa Dravida bangsa pra Weda, sebuah kelompok yang sangat berbeda dari kebijaksanaan Weda yang mana bangsa ini selalu harapkan bagi keaslian tradisi-tradisi nya.

Hindu bangkit kembali
Situasi ini mulai berubah secara dramatis selama beberapa tahun yang lalu. Kaum Hindu akhirnya bangkit untuk menghadapi penyimpangan-penyimpangan tentang agama mereka. Mereka mulai menegaskan hak-hak mereka dan menuntut sebuah penjelasan yang lebih layak tentang tradisi mereka dalam forum dunia. Banyak gerakan politik pro Hindu di India telah mendapat kekuatan baik dalam level negara dan nasional, dan tanpa agenda penyingkiran kaum minoritas, sebagaimana dituduhakn oleh lawan-lawan mereka, bahwa mereka bermaksud melakukannya. Beberapa kelompok-kelompok Hindu secara luas bertanggungjawab terhadap liberalisasi ekonomi negeri ini, sebagai lawan dari kebijakan ekonomi sosialis yang diadopsi Nehru di masa India modern.

Kaum Hindu, baik di India dan di Barat, menjadi makmur oleh profesi dalam ilmu pengetahuan, kedokteran dan perangkat lunak. Dalam prosesnya, mereka menyadari bahwa tak satu halpun dalam agama mereka yang bertenangan atau diluar harmoni dengan kemajuan dan keberhasilan di dunia modern. Sebaliknya, mereka telah melihat bagaimana nilai-nilai keluarga Hindu telah memberi anak-anak Hindu di Barat kehidupan rumah tangga yang lebih baik dan juga kestabilan emosional. Mereka telah melihat bagaimana Hindu tradisional menekankan pembelajaran, meliputi bahasa dan matematika, telah memberi anak-anak Hindu keuntungan di sekolah. Dalam pengenalan bagaimana pergerakan spiritual Hindu mempengaruhi dunia, kaum Hindu di luar negeri merasa nyaman mempertahankan keyakinan mereka di negara mereka bermigrasi. Mereka bahkan seringkali lebih terdidik, lebih ilmiah dalam memandang dan lebih makmur daripada tetangga Kristen mereka yang masih saja menghubungkan Hindu dengan kemiskinan dan takhayul.

Kelompok-kelompok Hindu menantang kesalahan-kesalahan media baik di India dan di Barat dan berhasil; contohnya, protes penggunaan sloka Bhagavad Gita dalam adegan erotis di film Barat atau aroma daging sapi yang dikenal sebagai kentang goreng vegetarian McDonalds. Sementara isu-isu itu mungkin kelihatan minor, adalah menarik untuk mengetahui bagaimana media-media dunia akan merespon tantangan-tantangan itu dan sekarang mempertimbangkan pentingnya untuk tidak menyakiti kaum Hindu karenanya. Protes-protes tersebut telah membbantuk menghadapi pelanggaran moral kaum Barat yang akan mereka tancapkan pada Hindu, hal ini seringkali karena cara pandang mereka yang salah terhadap agama. Dalam waktu singkat, masyarakat sadar tentang Hindu sebagai sebuah agama dan harus mengakui kelompok aktivis Hindu yang tak akan lagi memberi toleransi terhadap pencemaran yang telah terjadi berabad-abad ataupun stereotipe modern.

Gerakan Ayodya di India, usaha memulihkan Pura Rama atau Ramajanma Bhumi alias Babri Masjid - apapun yang orang-orang pikirkan tentang hal ini - mengantarkan kebangkitan kaum Hindu terhadap sejarah penindasan oleh kelompok-kelompok luar. Ia membawa semacam sebuah pengujian baru tentang Hindu dan apa arti menjadi seorang Hindu. sementara istilah Hindu telah sejak lama menjadi istilah yang merendahkan, ia kini seakan ditemukan kembali sebagai sebuah kebanggaan (Hindu gaurava).

Banyak hal telah dilakukan di media-media Barat tentang kaum Hindu yang menentang kegiatan-kegiatan misionaris Kristen di India, dengan tuduhan adanya kekerasan dari kaum Hindu melawan kaum misionaris (meski kebanyakan laporan-laporan ini salah ataupun terlalu dibesar-besarkan). Namun, dengan mengesampingkan beberapa ekses itu, ini menunjukkan bahwa kaum Hindu semakin percaya diri dengan keyakinannya daripada beberapa dekade sebelumnya ketika pemeluk Hindu saleh merasakan kebutuhan untuk mengundang misionaris ke India seakan-akan para missionaris itu saja yang dapat menyelamatkan bangsa India. Misionaris di India tak akan lama lagi memiliki kekuasaan dan harus menghadapi tantangan-tantangan dari kaum Hindu atas usaha-usaha konversi (pengalihan agama) yang mereka lakukan. Hal ini mengganggu mereka karena di masala lau tantangan-tantangan semacam itu tidak ada dari kaum Hindu. Di India, kelompok-kelompok Kristen masih mempunyai kebebasan untuk melaksankan kegiatannya yang tak akan mereka temukan di dekat negara-negara Islam atau Komunis.

Era Baru bagi Spiritualitas dan Kesadaran Diri

Apapun kalender khusus yang kita pakai, kemanusiaan sedang mengalami sebuah perubahan peradaban yang besar selama periode ini. Kita keluar dari abad industri menuju abad kemajuan teknologi. Kita berpindah dari budaya nasionalis menuju sebuah budaya internasional. Meski peradaban Barat kekuatan luar yang dominan di dunia, kita harus mengakui kelompok budaya lain dimana Hindu-predominan India adalah peradaban yang paling penting.Permasalahannya adalah budaya global ini masih didefinisikan menurut nilai-nilai materialistis lama yang sama ataupun dogma keagamaan dari Abad Pertengahan. Hal ini telah menciptakan sebuah budaya komersial moderen yang penuh sensasi, di satu sisi, dan dana yang sangat besar untuk usaha-usaha konversi (agama) di sisi yang lain, terutama melalui petrodolar (uang minyak dari Timur Tengah). Ketika agama Kristen telah mengalami kemunduran di Barat, semakin ia menjadi lebih keras dalam usaha-usaha melakukan konversi (agama) di dunia non Kristen, khususnya India, yang memiliki tradisi toleransi untuk selalu membuka pintu bagi agama-agama lain. Bahkan di Amerika, kelompok Baptis Selatan (the Southern Baptists), sekte Protestan terbesar disana mengatakan agama Hindu sebagai salah satu setan, melajutkan usaha-usaha konversi (agama) terhadap kaum Hindu dan dalam waktu yang bersamaan mempromosikan pandangan mereka tentang proses penciptaan menurutu versi Injil di sekolah-sekolah Amerika, yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan.

Bagaimanapun, kekuatan-kekutan yang lebih lama dan lebih besar mulai muncul daripada kecenderungan budaya sekarang ini. Kerusakan biosfer dan penebangan hutan pada akhirnya memaksa kita memasuki sebuah abad pertanggungjawaban terhadap lingkungan. Hal ini melahirkan filsafat lingkungan baru, mengakui nilai spiritual dari kerajaan hewan. Hindu Dharma kini dikenal karena keutamaan sebagai sebuah agama alam. Ia menghargai Keagungan Tuhan dimanapun di dunia sekeliling kita. Hindu menemukan tempat-tempat suci di setiap pegunungan atau dimanapun aliran sungai-sungai bertemu. Ia menghargai Bumi sebagai penjelmaan Ibu yang Suci. Sebuah agama yang memeluk alam sebagai bagian dari diri kita adalah penting untuk keselamatan planet ini di tahun-tahun mendatang.

Pertemuaan global antara agama-agama menyebabkan masyarakat mengenal bahwa agama-agama yang berbeda memiliki kebenarannya sendiri dan tak ada satu agamapun, tak satu ras pun, dapat mengklaim kebenaran atau keselamatan adalah miliknya. Kepercayaan-kepercayaan eksklusif pada Abad Pertengahan saat ini jatuh di bawah penelitian yang cermat oleh sebuah alasan global bahwa ia harus menghargai semua aspirasi-aspirasi kemanusiaan dan tidak lagi dapat membatasi dirinya kepada kepercayaan-kepercayaan dari satu komunitas.

Kemunculan abad planet menyediakan skenario yang sangat berbeda dan jauh yang jauh lebih baik bagi Hindu, yang di dalamnya agama Hindu sudah pasti akan menyebar lebih jauh lagi. Hindu adalah tradisi agama pluralitisk terbesar di dunia. Ia berlandaskan pandangan bahwa hanya ada Satu Kebenaran Mutlak tapi banyak jalan. Ia tidak berdasar kepada seorang penyelamat, gereja ataupun kitab suci. Kemungkinan ada lebih banyak agama di dalam Hindu daripada di luarnya. Dalam pelukannya yang luas dapat ditemukan monoteisme, polyteisme, dualisme, monisme, panteisme, dan bahkan ateisme. Pura-Pura Hindu, mengakomodasi banyak nama dan wujud-wujud Tuhan, banyak kitab dan banyak kebijaksanaan-kebijaksanaan agung yang bersal dari masa lalu dan juga modern. Abad planet ini juga sebuah abad pluralistik/keberagaman dan harus belajar hidup dengan agama-agama di seluruh dunia seperti yang telah dilakukan oleh Hndu terhadap agama-agama dari Bharatavarsha.

Abad mendatang adalah abad spritualitas dan kesadaran diri, bukan sekedar agama formal yang menghamba kepada Tuhan atau nabi. Abad ini juga adalah sebuah budaya spiritual seperti yang kita lihat dalam Hindu Dharma yang memeluk semua kehidupan dan alam. Abad planet mendatang bukanlah milik agama-agama yang mengejar konversi, yang membagi kemanusiaan menjadi yang percaya (beriman) dan yang tidak percaya (kafir), melainkan milik spiritualitas dari kesadaran sebagaimana dijelaskan dalam tradisi yoga, dan dicari oleh kaum mistik besar di semua tempat, yang menggabungkan kemanusiaan ke dalam sebuah keluarga besar bersama dengan seluruh alam semesta.

Kaum Hindu menyambut sebuah era baru kesadaran diri dan kesadaran Tuhan melebihi batas-batas dogma dan institusi, menghargai semua individu, semua budaya dan semua aspirasi spiritual. Mari kita menghargai Sang Diri yang ada dalam semua mahluk tanpa menghiraukan status keagamaan, etnis ataupun budaya. Hal ini bukan hanya menuntun kita menuju milenium baru yang sesungguhnya tetapi juga membawa kita melampaui waktu dan karma bersama-sama, sebagai tujuan utama dari perjuangan abadi kita.
Penerjemah: Tude
(Source: "Hinduism and the Clash of Civilization", Dr. David Frawley)
Posted by Media Hindu on 2004-09-09 [ print artikel ini beritahu teman ]

Arti dari Konversi


(Suresh Desai, seorang penulis dan jurnalis, menerima undangan untuk berbicara menurut persepsinya terhadap aktivitas-aktivitas Misionaris di Seminari St. Pius, Mumbai, 10 Maret 1997. Seminari ini melatih umat Kristen yang akan menjadi pendeta. Para peserta terdiri dari 70 sampai 80 calon pendeta, Pendeta Julian yang juga mengajar di kampus, adalah rekan dari Mr. Arvind Singh dari Hindu Vivek Kendra. Pendeta Julian memperkenalkan Suresh Desai kepada para hadirin). Suresh Desai menyampaikan pidatonya berikut ini:

Pendeta Julian tadi mengatakan bahwa kebiasaan Kristen untuk mengundang penganut agama-agama lain dan memahami pandangan serta persepsinya. Saya sangat gembira dengan kebiasaan ini karena hal ini sesuai dengan tradisi Hindu bukan hanya memahami pandangan orang lain tetapi juga menghargai, beradaptasi dan berasimilasi dengan kebaikan mereka.

Saya mengucapkan terima kasih kepada tuan Norbert De Sousa, National President of AICU dan Pendeta Julian atas undangannya untuk datang ke tempat ini memberikan pandangan-pandangan saya terhadap aktivitas-aktivitas misionaris.

Sebagaimana hadirin ketahui saya adalah seorang Hindu dan saya sangat tertarik kepada tradisi dan peradaban Hindu yang merupakan peradaban tertua di dunia yang masih ada. Hal yang paling menarik dari pemikiran Hindu adalah universalitas alamiahnya yang tidak membatasi, tidak tertuju kepada area geografis dan waktu tertentu atau hanya kepada masyarakat yang dinyatakan sebagai pemeluk Hindu atau yang percaya kepada kuil Hindu. Saya bukan seorang yang religius, tidak mengikuti pemujaan dewa-dewa, tidak percaya kepada ritual-ritual, tidak pergi ke pura dan masih saya akui bahwa saya seorang Hindu yang beriman dan diterima oleh lingkungan Hindu saya. Persepsi-persepsi saya tentang kerja misionaris, oleh karenanya, tidak dapat dielakkan merupakan pengaruh kedekatan saya dengan budaya Hindu.

Saya adalah penduduk Goa, dimana ajaran Kristen memiliki peran penting dalam hal keagamaan, budaya, di berbagai tingkatan politik juga sosial. Disinilah aktivitas misionaris mendapatkan momentumnya empat ratus tahun yang lalu melalui Francis Xavier dan Pendeta Stevens. Sebagai siswa kami secara bebas berbaur dengan teman-teman kami yang Kristen yang leluhurnya adalah Hindu dan dikonversi/dialihkan keyakinannya kepada Kristen sejak beberapa generasi yang lalu. Dalam tinjauan kembali saya menemukan bahwa rentang waktu mereka hingga kini sebagai sebagai seorang Kristen tidak sama sekali meningkatkan spiritualitas juga status sosial-ekonomis mereka. Peningkatan mulai tumbuh saat kebangkitan kemerdekaan dari penjajahan Portugis di tahun 1962. Banyak dari mereka kini memiliki rumah-rumah tipe bungalow, mobil-mobil pribadi, memberi nama-nama Hindu kepada anak-anak mereka dan terkenal tidak tertarik dengan hal keagamaan.

Dalam pikiran saya, sebagaimana pikiran setiap orang yang mengenal sejarah Eropa, aktivitas-aktivitas misionaris dan Kristenisasi tidak dapat dipisahkan hubungannya dengan pengadilan untuk mencari dan menghukum orang-orang yang melawan ajaran Kristen, dengan sikap tidak toleransi terhadap ilmu pengetahuan, dengan nasib dari Galileo, Copernicus, Bruno, Santa Jeanne d’Arc, pembakaran sejumlah perempuan yang dianggap sebagai penyihir, dengan perang salib, dan ribuan korban inkuisisi di Goa. Ada sesuatu seperti ajaran sesat/bidah, dan orang bidah bukan hanya dalam Kristen tetapi juga di agama-agama semit yang lain seperti Islam, dan jika saya boleh katakan, dogma Marxisme, disamping Kitab Suci dan Nabi.

Ketika kalian sedang bekerja di negeri dari sebuah agama yang tua yang dominan dan mencoba mengabarkan ajaran-ajaran Jesus dan mengkonversi banyak orang yang setelahnya tidak lagi memiliki akar budaya, tidak dapat dielakkan lagi dan juga meyakinkan bahwa semua aktivitas kalian terlihat mencurigakan dan dihubungkan dengan motif yang sangat fundamental, yaitu, merubah keyakinan orang-orang kepada keyakinan kalian. Pengasingan budaya di sebuah negeri seperti India dimana nasionalisme berlandaskan kekayaan kultur dan peradaban, menciptakan suasana panas seperti di perbatasan Timur Laut. Pada akhirnya, apakah tujuan dari konversi? Di tingkat spiritual, konversi dari satu agama kepada agama lain sangat tidak berarti kecuali motivasinya adalah keduniawian.

Mereka yang bekerja dengan motif tersembunyi harus membetulkan, menyesuaikan kembali dan melihat kembali strategi-strateginya sesuai dengan perubahan waktu yang telah berubah dengan sangat cepat selama puluhan tahun. Perubahan strategi tetapi bukan motifnya. Perubahan strategi sering kali diperhitungkan sebagai perubahan dasar dalam cara pandang, yang salah. Perubahan mendasar hanya bisa muncul dari merumuskan kembali segala tujuan. Jika motif dasar dari misionaris masih tetap untuk membawa penganut Hindu beralih ke Kristen, tidak ada perubahan dalam strategi apakah inkulturasi, akulturasi atau dekulturasi, akan membebaskan mereka dari celaan, meskipun teologi liberal dan penerimaan dari penyelamatan melalui agama-agama lain kecuali cara rohaniawan atau teosentris. Keadaan-keadaan ini seperti membelah rambut, murni dan sederhana.

Inkulturasi bukan konsep baru. Ketika Pendeta Stevens menulis Kristapurana di Marathi 400 tahun yang lalu dengan gaya Dnyaneshwar, beliau memberikan contoh yang hebat dalam inkulturasi. Tujuannya adalah mempromosikan ajaran Kristen kepada penduduk asli.

Peradaban Hindu adalah sebuah gerakan berkelanjutan yang menakjubkan. Dalam perjalanannya lebih dari tujuh ribu tahun ia mengganti langkah dengan tak terhingga, berbagai perubahan mata pencaharian, penghidupan, pertanian, dan memasuki era pembangunan industri. Tidak semua orang melangkah maju. Banyak yang tertinggal karena ketidaktahuan atau karena pilihannya sendiri. Sedemikian banyak tertahan dalam pra agrikultur, tingkat mengumpulkan makanan (food gathering), dan sejumlah orang yang berbudaya agrikultur dan hanya sedikit daripadanya yang memasuki dunia modern. Tak seorangpun mampu mengatakan kapan dimulainya semua ini. Keseluruhan proses ini adalah sanatana, tanpa permulaan yang pasti. Saya sekali lagi mengingatkan kalian bahwa Hinduisme bukanlah sebuah agama sebagaimana di dalam buku pemikiran kaum Semit. Oleh karenanya, Mahkamah Agung telah mengatakannya sebagai jalan hidup yang menyeluruh.

Ketidakseimbangan pembangunan dari proses ini telah meninggalkan beberapa orang dalam budaya agrikultur, pra-agrikultur, perkampungan, nomaden dan bahkan tingkat di bawahnya. Itulah mengapa masih ada kantong suku (tribal). Bagaimanapun yang mendasari keberlangsungan proses ini karena mereka mengikuti arus yang sama dari Hinduisme. Imperialis Inggris memiliki ide-ide yang lain. Mereka ingin menabur benih perbedaan, pertikaian dan perpecahan dalam masyarakat Hindu untuk mengabadikan kekuasaan mereka. Itulah mengapa pada tahun 1871 sensus menggambarkan kaum tribal (suku) sebagai penganut animisme. Animisme memiliki arti masyarakat yang memuja roh dan mengambil hati/roh. Karenanya sungguh sulit menegaskan kapan Hinduisme berakhir dan tribalisme mulai.

Saya memberi sebuah contoh kejadian. Saya membaca Bhagavad Gita dan Upanisad. Saya meyakini pemikiran Hindu, saya mengenal dengan baik ide tentang Tuhan. Tetapi ketika saya pergi ke desa, saya melihat disana keponakan saya melakukan yoga untuk bermeditasi di pagi hari dan memuja roh para leluhur, Kuladewata, Gramadevata, Vetala dan Cobra di sore hari. Apakah kalian akan mengatakan bahwa mereka Hindu di pagi hari dan penganut animisme di sore hari? Beberapa dari mereka memahami dengan sangat baik nuansa kelembutan dari filsafat Hinduisme. Bahkan Ramakrisna Paramahansa, Swami Vivekananda dan Mahatma Gandhi secara organis melakukan apa yang kalian sebut dengan animisme dari masa lalu. Hinduisme adalah proses evolusi yang berkelanjutan lebih dari ribuan tahun yang lalu. Beberapa orang naik dengan elevator, beberapa orang naik bertahap dari satu anak tangga ke anak tangga yang lain. Tetapi mereka orang-orang yang sama. Hinduisme bangkit dari animisme kepada kehalusan dan kegemilangan filsafat Gita dan Upanisad.

Tribal oleh karenanya tak salah lagi adalah penganut Hindu. Ada banyak Dewa-dewa dari masing-masing suku (tribe) dalam kuil Hindu. Vithoba, Viroba, Giroba, Khandoba, Mhasoba, Satwai, Jokhai dan banyak lagi dewa-dewa yang masih dipuja. Hinduisme tidak menolak seseorang hanya karena seseorang hanya memuja dewanya sendiri. Gita secara khusus menyebutkan bahwa apapun dewa yang ia puja, apakah Rama atau Siwa atau Govinda, jika ia memuja dengan sungguh-sungguh, maka ia akan mencapai NYA.

Sebuah pertanyaan terus saja mengganggu pikiran saya: Mengapa para misionaris ingin memperbanyak jumlah pengikutnya? Tidak ada bukti bahwa perpindahan keyakinan kepada Kristen meningkatkan spiritualitas. Malahan, kaum Kristen telah membantu kolonialisme dan imperialisme. Dari apa yang saya pelajari dari negara-negara di bagian Timur Laut, saya merasa tujuan misionaris yang utama adalah politik. Saya ingin bukti jika penilaian saya salah. Apa yang terjadi di Amerika dimasa penyerangan para penakluk dari Spanyol seperti Cortez, Pizarro dan Balboa dan kaum Portugis di Goa dan inkuisisi di Goa, menguatkan teori saya bahwa motif utama mereka adalah kekuasaan politik dan agamadigunakan sebagai alat untuk mencapainya. Di negara-negara Latin, semua mengetahui fakta bahwa kaum Jesuit terlibat dalam permainan kekuasaan. Hari ini, Eropa dan Amerika yang merupakan wilayah Kristen telah menolak agama dalam banyak hal. Saya berpikiran misionaris dan pihak gereja harusnya mengalihkan usaha-usaha mereka untuk pertama mengajak mereka kembali kepada Kristen, daripada menghabiskan waktu dan usaha mengkonversi/merubah keyakinan kaum tribal di India. Mengapa mereka tidak melakukannya?

Di waktu yang bersamaan, ada pergerakan seperti New Religion Movement (NRM) yang menyapih kaum Katholik dari gereja-gereja Pantekosta. Kaum Katholik juga tidak ingin domba-domba mereka tersesat ke dalam Protestan. Saya percaya kalian tidak melupakan pembantaian besar-besaran mereka di Paris di hari St.Bartholomew. Jika misionaris Katholik tidak menginginkan kaum Katholik berpindah agama, bagaimana mereka berharap kaum Hindu menyukai para penganut Hindu tertarik pada ajaran Kristen? Pikirkan konteks apa yang Paus katakan selama kunjungannya ke Amerika Selatan bahwa ia ingin menyelamatkan kaum Katholik dari serigala-serigala Protestan.

Sekarang, pertanyaannya bukan berapa banyak pengikut agama ini atau itu. Ada sebuah pemikiran baru yang diungkapkan bahwa agama telah lama menghidupi sarananya. Pertama, karena orientasi kapitalisme dunia, dan kedua, kecuali kepentingan persamaan, karena kemajuan teknologi-ilmu pengetahuan yang cenderung membawa pemikiran manusia sepanjang garis empiris. Bersama dengan agama, pondasi etika juga dilemahkan. Mereka diacuhkan sebagai moralitas kelas menengah. Komunisme dan Fasisme adalah gejala sakitnya dunia.Disorientasi dari moralitas tradisi telah menyebabkan frustasi yang hebat di antara manusia. Kalian sebagai pendeta seharusnya menaruh perhatian pada dilema ini, berhenti memikirkan konversi agama. Akhirnya, saya sekali lagi mengingatkan bahwa umat manusia telah mengabaikan Tuhan dan inilah masalah yang sesungguhnya. Konversi dari sebuah keyakinan kepada keyakinan yang lain dalam konteks ini adalah memalukan. Kita seharusnya dengan persetujuan bersama melakukan usaha untuk meyakinkan bahwa bentangan moralitas agama dan keyakinan yang luhur tidak dihancurkan. Sebagai pendeta, semua kehormatan ini menjadi tanggung jawab kalian.

Berikutnya, dilanjutkan dengan sesi Tanya(T) dan Jawab(J) sebagai berikut :
T: Anda mengatakan semua agama adalah sama. Apakah ada persamaan dalam Hinduisme?
J : Saya tidak mengatakan semua agama adalah sama. Andalah yang mengatakannya. Ada ratusan agama dan cara pemujaan di seluruh dunia dan mereka dalam tingkat evolusi spiritual yang berbeda.

T : Anda mengatakan ada persamaan dalam agama Hindu. Bagaimana dengan sistem kasta?
J : Persamaan adalah sebuah konsep sosial-ekonomi dan sosial-politik dan permasalahan keduniawian. Hal ini tidak relevan dengan usaha masing-masing individu untuk mengenal dirinya sendiri dengan Tuhan. Ini hanya bisa dilakukan pada tingkat spiritual.Sistem kasta murni adalah fenomena sosial dan tergantung kepada sistem produksi khusus dan distribusi surplus. India adalah negara pertama yang membawa produksi agrikultur yang membutuhkan banyak rangkaian tenaga manusia dalam jaringan sosialnya. Hari ini, kota-kota modern dimana produksi industri mendominasi, sistem kasta menjadi lebih lemah dari pada di desa-desa dimana bajak dan sapi masih digunakan.

T : Apakah Anda yakin sistem kasta tidak berlandaskan agama?
J : Ya. Saya sangat yakin. Kasta dan kelas yang ada di semua negara tergantung pada arti produksi dan distibusi surplus. Di Roma, dahulu kala ada wilayah bagi kaum bangsawan dan para budak. Apakah Kristen bertanggungjawab untuk sistem perbudakan ini? Revolusi Prancis muncul karena konflik kasta dan kelas demikian juga Revolusi Rusia dan China. Lebih dari seratus tahun terakhir para penggerak reformasi sosial Hindu telah bekerja keras untuk menghapuskan sistem kasta. Mereka melakukan semua ini akibat pencerahan yang muncul di pikiran mereka, kepedulian terhadap perubahan-perubahan sosial, konteks ekonomi dan politik yang memacu mereka bekerja melawan sistem kasta yang kehilangan relevansinya. Dapatkah salah seorang dari kalian menunjukkan sebuah referensi dimana kasta dihubungkan dengan agama?

T : Bagaimana dengan kaum paria (orang yang di luar kasta)?
J : Dimanakah kaum paria (untouchability) sekarang ini? Di dalam konstitusi kita? Dalam sistem hukum kita? Evolusi sosial kita telah mengambil alih banyak negara. Di setiap tingkat yang berbeda, di dalam proses, mungkin terdapat praktek sosial yang memunculkan penyimpangan-penyimpangan. Semua masyarakat Hindu menentang penyimpangan yang ketinggalan jaman ini.

T : Sudahkah agama Hindu memberi mereka persamaan ?
J : Saya ulangi sekali lagi bahwa persamaan adalah sebuah konsep sosial dan bukan konsep religius. Pada tingkat religius, para pendeta yang memahami Tuhan termasuk Maharesi seperti Chokha Mela, seorang Chamar seperti Rohidas dan banyak pendeta lainnya berasal dari kelas yang miskin dan rendah. Moksa tidak diberikan oleh seseorang. Gita mengatakan bahwa kebijaksanaan berasal dari cahaya yang sama seorang Brahmana, seekor anjing, seekor banteng, seekor gajah dan seekor babi. Hindu memperlakukan mereka semua dengan sama.

T : Apa pendapat Anda tentang penampungan bagi kaum Kristen yang tertindas?
J : Adakah kaum tertindas sesama kaum Kristen? Tidak mungkin. Anda baru saja mengatakan bahwa Hinduisme dan bukan Kristen yang mempercayai kasta. Bagaimana referensi memalukan ini menyangkut kasta umat Kristen yang tertindas? Hal ini adalah sebuah kontradiksi. Kembali kepada penampungan (reservation) ini, apakah ada tempat penampungan di sekolah-sekolah dan institusi otonom kalian bagi kaum Kristen yang tertindas. Kalian mengajak orang-orang ini untuk memeluk Kristen dengan sebuah janji bahwa mereka akan berhenti menjadi kaum tertindas setelah konversi. Sekarang Anda kembali mengusik dan mengabadikan ketertindasan mereka.Kami penganut Hindu sadar, di masa lalu kami menimbun ketidakadilan tentang kaum tertindas dan penampungan adalah sebuah jalan untuk menebus kesalahan-kesalahan ini. Tetapi untuk apa Kristen melakukan penebusan?Mungkin mereka juga melihat perlakuannya yang sama terhadap kaumnya di masa yang lalu. Lalu mengapa kalian tidak mengkonversi mereka? Mereka akan menikmati penampungan ini sebagai lanjutan menjadi kaum Hindu yang tertindas.

T : Anda mengatakan Tuhan dapat dicapai melalui Dnyana dan juga melalui Bhakti. Apakah Bhakti dilaksanakan oleh masyarakat?
J : Masyarakat spiritual cenderung melaksanakan Bhakti. Saya dengan perasaan malu mengatakan umat Kristen yang tertarik dengan jalan penyelamatan sedikit sekali dan diantara kaum Muslim mayoritas mengabaikan perintah Al Quràn dengan terlibat dalam semua jenis kesenangan-memperistri dengan batas empat orang, minuman keras, makan sosis dan mengambil bunga Pathani dari pinjaman mereka. Diantara penganut Hindu juga, para penganut Charwaka mungkin mayoritasnya. Manusia secara alamiah kurang bermoral dan bernafsu dan agama mencoba mengawasi keburukan ini.Orang-orang Hindu yang mampu dalam pengendalian diri akan langsung mencapai Nirguna melalui Dnyana atau Hathayoga seperti Dnyaneswar. Para pemuja yang belum mampu, melaksanakan Bhakti. Teman Dnyaneshwar dan muridnya Namdeo, adalah seorang Bhakti marga dan ada percakapan di antara mereka tentang superioritas Dnyana melebihi atau juga sebaliknya. Suatu hari mereka bersama dalam perjalanan keliling India dan di tengah-tengah musim panas sampai di gurun Rajasthan. Tidak ada air terlihat untuk memuaskan rasa haus mereka. Saat kehausan mereka melihat mata air di kejauhan dan segera kesana. Mata air tersebut sangatlah dalam dan airnya jauh di dasar. Bagaimana mencapainya? Dnyaneshwar melihat kepadanya dengan gembira dan berkata,"Namdeva, sekarang engkau melihat kekuatan Yoga". Ia mengambil simbal dan mulai bernyanyi "Vithal, Vithal". Ketika kidung suci tersebut mencapai puncaknya, air di dasar sumber itu meluap dan memuaskan dahaga mereka. "Itulah kekuatan Bhakti," katanya. Sekarang hal ini mungkin menjadi dongeng, tetapi kita dapat memetik hikmah di dalamnya. Bhakti seefektif Dnyana ataupun Yoga, jika bukan melebihi. Adi Shankaracharya dahulunya adalah seorang Advaita yang kemudian menjadi filsuf, Madhva dan Ramanuja, sebelumnya adalah Dvaitins atau Vishitadvaitins. Mereka mengakui bahwa Tuhan dapat dicapai melalui jalan Bhakti.Sayangnya, hanya sedikit orang sekarang ini yang gelisah dan ingin mewujudkan kehadiran Tuhan, dan seluruh dunia, mereka menjadi pemuja kekayaan.

T : Anda berbicara menentang konversi. Bagaimana dengan umat Kristen yang dikonversi kembali menjadi penganut Hindu?
J : Jika seseorang ingin kembali pulang kepada agamanya dulu, ini bukan konversi. Biarkan mereka kembali seperti anak yang boros (prodigal son, suatu kisah atau ungkapan terkenal dalam agama Ktisten ). (tertawa)

T : Mengapa Anda menentang konversi agama?
J : Mengapa Anda ingin melakukan konversi? Apakah tujuan kalian mengkonversi orang-orang kepada ajaran Kristen dan memperbesar jumlah? Saya dapat memahami peningkatan kualitatif sebuah agama, katakanlah dari Saguna kepada Nirguna atau dari Animisme kepada Bhakti. Agama berarti kerinduan seorang manusia dan usaha-usaha untuk mencapai Tuhan. Ia mungkin melakukannya dengan jalan yang ia pikir cocok baginya. Itulah yang Hinduisme ajarkan-Sarva Deva Namaskara Keshavam Pratigachhati. Tidak penting apakah Anda memuja Wisnu atau Siva sebagai bentuk pemujaan untuk mencapai yang Utama, yang kami sebut dengan Brahman.Agama-agama Semit, apakah Islam, Kristen atau dogma Marxism, haus peningkatan kuantitatif, hanya karena mereka menginginkan kekuasaan politik-materi, tujuan duniawi-dan ingin mengekploitasi agama bagi kepentingannya. Itulah mengapa aktivitas-aktivitas misionaris berkembang di Amerika di bawah perlindungan Para Penakluk dari spanyol dan di India ia mengkuduskan kolonialisme Inggris dan Portugis. Ketika saya berpikir lagi tentang tujuan fundamental dari konversi agama ini, saya mendapatkan jawaban, "Imperialisme".Seperti yang pernah ditulis Francis Xavier bahwa setiap seorang yang baru dikonversi menghancurkan patung-patungnya dan merusak kuil pemujaan dimana ia dahulunya biasa berdoa sebelum konversi, ia sangat senang bahwa ia tidak melampaui batas. Dan orang semacam ini disebut seorang santo! Jika Dnyaneshwar dan Tukaram kami menulis hal yang sama, kami akan menyebut mereka kriminal.

T : Apakah Anda pikir mungkin untuk menyelesaikan permasalahan Hindu dengan kaum Muslim melalui sebuah dialog dengan mereka?
J : Semuanya tergantung perilaku mereka. Hinduisme telah mencapai pemahaman dengan kaum Scythian, Hun, Parthian, Mesir, Parsi dan Yahudi dan tidak memiliki masalah dengan mereka. Tetapi kaum Muslim berbeda. Agama mereka sangat imperialis. Itulah sebab mereka muncul di dunia tahun 622 AD dan pada tahun 732 AD memasuki India., bagian luar perbatasan China, dan menyerbu Eropa. Jika Charles Martel tidak mengalahkan mereka dengan pertempuran secara berkeliling, seluruh Eropa akan menjadi Muslim saat ini.Peradaban dan budaya negeri ini telah ada ribuan tahun sebelum datangnya Islam dan kaum Muslim mengambil pengetahuannya dan bangga dengan budaya kuno serta tradisi-tradisi peradaban dari negeri ini. Kalian mungkin tidak memuja Rama dan Krisna sebagai simbol agama dan saya sendiri juga tidak menganggapnya penting dalam beragama. Tetapi mereka hadir dalam arsitektur tradisi peradaban dan etos negeri ini. Kaum Muslim dan Kristen di India harus mengenal akar budayanya dengan pesan-pesan Ramayana, Mahabharata dan Upanishad. Jika kaum Muslim melaksanakan ini, mereka tidak akan menemui masalah.

T : Jika Bhakti dapat membawa kita menuju Moksha, mengapa orang Hindu melakukan ziarah?
J : Seperti yang telah saya uraikan di awal, orang-orang merasakan Tuhan sesuai kemampuan mereka. Meski mayoritas umat manusia tidak religius dan berorientasi materi, kosmetika dalam beragama juga bagian dari hidup, seperti pergi ke Gereja di hari minggu. Jika orang-orang merasa bahagia dengan hal ini, biarkan mereka melakukannya. Tidak semua orang dapat seperti Paramahansa.
T: Anda mengatakan permasalahannya adalah mengawasi kemerosotan agama dan materialisme. Bagaimana kita dapat melakukannya?
J : Saya tidak berkompeten untuk memberi kalian petunjuk. Saya telah memberikan sebuah usulan dan para pemimpin spiritual sebaiknya mengajak para pengikutnya di seluruh dunia untuk duduk bersama dan mencari pemecahannya. Terorisme, kejahatan, kecabulan, krisis moral – semuanya adalah bagian kemunduran spiritualitas. Kalian akan menjadi pendeta dan kalian seharusnya melakukan sesuatu. Merubah keyakinan seorang Hindu menjadi Kristen atau Kristen menjadi Islam adalah kekanak-kanakan dan tak ada artinya dalam konteks masalah yang lebih besar yaitu mempromosikan spiritualitas di antara sesama umat manusia.
Penerjemah: Tude
Posted by Media Hindu on 2004-09-09 [ print artikel ini beritahu teman ]