Thursday, November 25, 2004

Mata Malaikat

Ada ruang antara kau dan aku
Kau rebahkan hidup pada selembar permandani dan aku pada batu
Rapatkan diri pada jerami

Aku menghirup nafasmu
Kumaknai bagai harum dupa
Adakah hati yang beriak

Tetapi engkau tak memandangku
Bahkan tak tahu
Ada waktu antara kau dan aku
Bahkan tak tahu
Bila kerumunan orang juga menatapmu

Aku terlambat hari ini
Mereka rebahkan batu dan jerami pada lembaran permandani
Bahkan tak tahu
Masih ada engkau disitu


ANTI HIDUP

Dinegeri ku ada gunung ada sawah
Ada sungai juga pohon-pohon ,semuanya berwarna-warni
Ada siang ada pagi bahkan tak henti-henti
Ada gajah ada kambing ada babi,bahkan tak ada manusia

Tak ada manusia ?
Ya, karena negeriku mampu mengambilnya dari dongeng purba dan mengembalikan pada tanah.
Sebuah keindahan,
dinegeriku ada lukisan-lukisan tentang masa depan bahkan tak ada masa kini
juga masa lalu
Ah, indahnya
Bahkan kami tak butuh kehidupan.


MENUJU JALAN PULANG

Kami orang-orang dalam botol
Tak ada jalan, dimana pulang
Bila bernyanyi kami berbunyi; ah..

Ada yang mati dan kami tahu
Tetapi air mengalir tak hiraukan
Ada yang terinjak dan kami tahu
Tetapi siapa yang menginjak

Tak ada jalan tak ada pulang
Bahkan kami kini tak tahu
Siapa kami
Sekian waktu bersama tak hiraukan wajahmu, suaramu,nafasmu,kelaminmu..

Kami orang-orang dalam botol
Air mengalir keseberang
Itukah rumah ?


MENU HARIAN

Kita adalah milik diri sendiri
Yang selamanya kosong dan minta isi
Kita adalah seonggok lubang purba
Yang selalu lapar minta tambal

Kita adalah putih yang haus akan warna
Kita adalah kepala yang mulanya tanpa rambut-rambut dan juga bau
Tetapi siapa yang meminta

Kita adalah kepala disajikan dalam piring hidup
Selamat makan.


BUKAN TENTANG DOA

Di tanah kami:
Asap menjelma sosok serigala
Api menjalar ke segala aliran darah
Tanah-tanah.
Bukan tentang doamu atau doaku.
Tanah-tanah.
Ini adalah tentang kebencian

Dinding-dinding dan tembok mimbar kami berdoa
Bukakan jendela untuk hati-biarkan rayap-rayap kecil kami bernyanyi esok hari, tanpa takut pada keabadian nilai tentang perang yang entah milik siapa.


KEKASIHKU

Kau tahu kita satu,
Tetapi kenapa kau pisahkan
Tak tahukah akupun rindu
Tetapi kau minta aku memujamu
Kau suruh ia menuntun ke jalanmu, menebar benih-benih keyakinan atas dirimu
Sesungguhnya,
Apa engkau menginginkan aku ?

Diawal kelahiran,
Aku berteriak kala berpisah darimu
Kau bilang, tak apalah cuman sesaat,
disitu engkau akan berjumpa pesuruh-pesuruhku
Tetapi apa,
Aku tetap rindu-walau tak kunjung bertemu
Uang, pelacur, koplo, onani,..lumayanlah
‘ah, cuman sesaat-seperti janjimu

AYAM JAGO

Bertarunglah nak, bertarung
Karena itulah harapanmu
Jangan gentar karena sesungguhnya ia telah mati ketika menatapmu

Jangan nak, jangan kau usap darah dilehermu
Semua orang tahu bahwa darahmulah yang mereka cari

Semua yang keluar dari dirimu adalah berharga
Maka jagalah hidup nak, jangan pernah menyerah

Semakin besar engkau semakin yakin aku akan kejayaanmu
Hadapi mereka nak, pastikan kemenanganmu
Ah, engkau mulai berkokok pahlawanku..
Aku bangga padamu

Nah,
Bertarunglah !


MALAM PASUTRI

Remang bayangan tumbang, dan
Mentari mati..
Maka, kami bersaksi
Malam meneguk saat nikmatnya bulan

Di tepi melabuh , kembali aku pada peluk ibu..
Bangunlah Ibu, ini anakmu
: dapatkah ku telan malam untukmu ?

“Ah, engkau suamiku
Dirimu hanyalah seonggok bayi yang selalu minta susu”

Dan ketika esok ombak kembali panas menjalar
Aku akan menjelma lelakimu.

SEKOLAH

Scholae, school, atau apalah
Awalnya adalah leisure devoted to learning
Tetapi kini apa bedanya dengan pabrik ?

Disekolah kami diajar bagaimana berbaris
Dan mengangguk untuk lulus

Jika negeri ini adalah ladang
Maka kami adalah tanaman yang kalian siram dan rawat setiap hari
Tetapi jika kami adalah boneka atau bunga kertas
Apa yang kalian harap untuk makan esok hari ?


EKSEKUSI

Ah, kekasih
Waktu itu adalah milikku dan juga milikmu
Kita berbagi
Kemarin malam kitapun masih bersuka

Tetapi hari ini kita harus bertaruh
Engkau yang tak jejaka atau aku yang gadis tak lagi merdeka.
(Cybersastra:Antologi Puisi Digital 2002)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home